Minggu, 13 Maret 2011

Perawatan Yang Dilakukan Sebelum Perawatan Prosthodonsia

Sebelum dilakukan perawatan prostho dilakukan preparasi mulut terlebih dahulu, secara garis besar ada dua tahapan Preparasi mulut
Pertama, pada proses ini biasanya dilakukan langkah-langkah pendahuluan, seperti tindakan bedah, perawatan periodontal, konservativ termasuk endodontik bahkan orthodontik perlu dilakukan untuk mempersiapkan mulut pasien menerima gigi tiruan yang akan dipakainya. Tahapan pertama ini ditujukan untuk menciptakan mulut yang sehat.
Kedua, mulut pasien perlu dipersiapkan untuk pemasangan geligi tiruan yang akan dibuat. Dalam tahapan inidilakukan proses perubahan kontur gigi untuk mengurangi hambatan, mencari bidang bimbing,membuat sandaran oklusal dan bila perlumenciptakan daerah-daerah untuk retensi mekanis. Permukaan jaringan yang akan dipreparasi ditandai pada model diagnostik. Model dibagai sebagai peta atau petunjukuntuk melaksanakan perubahan-perubahan.
1. Pembedahan Bedah prostetik
Persiapan tindakan bedah seperti pencabutan gigi, pembedahan gigi impaksi, tulang atau jaringan hendaknya dilakukan secepat mungkin. Exostosis dan tori yang mengganggu desain geligi tiruan, harus dibuang secara bedah, bila tidak dapat lagi diatasi dengan dengan cara non bedah. Pembuangan ini tergantung pada ukuran, lokasi dalam kaitan dengan protesa yang akan dibuat serta kualitas dukungan tulang alveolar. Tori yang terletak pada bagian distal harus dibuang, khususnya bila residual ridge memberikan dukungan minim. Pada kasus seperti ini pergerakan fungsional bagian posterior geligi tiruan akan menyebabkan trauma pada tori.
2. Perawatan konservatif
Untuk perawatan jangka panjang, perawatan endodontik biasanya harus diperkuat dengan pasak tuang atau dikembalikan fungsinya dengan mahkota tiruan atau modifikasi untuk perawatan overdenture.
Perawatan konservatif atau restoratif dengan demikian tidak terbatas hanya kepada perawatan karies saja, tetapi juga harus :
1. Memberi kekuatan yang cukup serta cukup tebal untuk preparasi sandaran oklusal.
2. Mengurangi ruang interproksimal yang berlebihan.
3. Memberikan ruang oklusal yang cukup luas.
4. Membentuk daerah gerong untuk retensi, bila daerah ini memang tak ada.
5. Mendukung terpenuhinya faktor estetik.
6. Memberikan kontur gigi yang sesuai.
3. Perawatan ortodontik
Gigi yang sudah lama dicabut biasanya meninggalkan ruangan kosong yang makijn lama makin sempit karena terjadi migrasi gigi tetangga. Hal ini menyebabkan gigi menjadi malposisi sehingga kurang menguntungkan bila akan dipakai sebagai gigi penahan protesa. Memaksakan gigi miring menahan beban juga akan menyebabkan kerusakan jaringan periodontal. Jalan keluar bagi kasus seperti ini sebaiknya dengan melakukan sedikit pergeseran gigi, sehingga gigi akan kembali keposisi yang diharapkan.
4. Perawatan periodontik
Motivasi para pengidap penyakit periodontal berat terhadap kesehatan mulutnya biasanya rendah dan calon pemakai geligi tiruan yang menyedihkan (poor candidate). Bila tanda-tanda ini sudah terlihat pada tahap diagnostik, sebaiknya perawatan prostodontik ditunda lebih dahulu, sampai pasien sadar akan kesehatan dan kebersihan mulutnya. Dengan sendirinya tidak semua pasien dapat mencapai tingkat kontrol plak yang ideal. Prosedur perawatan prosthodontik dengan pasti dapat dimulai, bila tingkat ini sudah optimal. Pasien yang belum mencapainya, dianjurkan untuk kembali menjalani perawatan profilaksis.
5. Pengubahan kontur gigi
Modifikasi atau pengubahan bentuk kontur gigi sebetulnya suatu cara yang sederhana, tetapi sering tidak diperhatikan dalam persiapan mulut. Kekhawatiran melukai dentin pada saat pengasahan permukaan gigi, sehingga karies jadi mudah berkembang mungkin menjadi salah satu penyebab keengganan ini.
Bagian atau permukaan gigi yang akan diasah sebaliknya ditentukan dulu pada model diagnostik dan biasanya meliputi :
1. Persiapan bidang bimbing (guiding plane)
2. Pengurangan hambatan (interference) pada bagian proksimal gigi atau permukaan gigi yang malposisi
3. Penempatan cengkram pada permukaan gigi dimana tidak dijumpai gerong yang diharapkan (undesirable undercut).
4. Preparasi untuk sandaran oklusal cengkeram (occlusal rest)
5. Pengubahan bidang oklusal.
Pembuatan mahkota tuang kadang-kadang juga dilakukan sebagai persiapan pembuatan geligi tiruan lepasan, walaupun harus direncanakan dengan hati-hati. Disamping punya keuntungan dan nilai lebih, pemasangan mahkota selubung bukanlah perawatan yang praktis.
Mahkota selubung biasanya dibuat perbaikan kontur mahkota, harmonisasi oklusi untuk peningkatan bidang oklusal. Penyesuaian permukaan proksimal gigi dengan arah pemasangan protesa, pembuatan gerong atau tempat untuk sandaran oklusal, merupakan pertimbangan pula. Mahkota buatan ini bisa pula dibuat untuk splinting gigi-gi pendukung atau perbaikan posisi mahkota gigi.
Setelah semua tindakan preparasi mulut ini selesai dilaksanakan, pasien siap untuk menjalani pencetakan kedua dan memulai proses pembuatan protesa.

PROSEDUR KERJA DAN RENCANA PERAWATAN pada pasien GTSL
A.Kunjungan Pertama
1.Anamnesa Indikasi
2.Membuat Studi Model
a.Alat : Sendok cetak nomor dua
b.Bahan Cetak : Hyidrokoloid Irreversible (alginat)
c.Metode Mencetak : Mucostatik
Posisi operator : rahang bawah : di kanan depan pasien
Posisi pasien : rahang baawah : pasien duduk tegak dan bidang oklusal sejajar lantai posisi mulut setinggi siku operator.
d.Cara mencetak
Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan P/W yaitu 3:1, setelah dicapai konsistensi yang tepat dimasukkan ke dalam sendok cetak dengan merata, kemudian dimasukkan ke dalam mulut pasien dan tekan posisi ke atas atau ke bawah sesuai dengan rahang yang dicetak. Di samping itu dilakukan muscle triming agar bahan cetak mencapai lipatan mukosa. Posisi dipertahankan sampai setting, kemudian sendok dikeluarkan dari mulut dan dibersihkan dari saliva. Hasil cetakan diisi dengan stone gips dan di-boxing.

B.Kunjungan Kedua
1.Membuat work model
a.Alat : sendok cetak fisiologis
b.Bahan cetak : hyidrokoloid irreversible (alginat)
c.Metode mencetak : mucocompresi
d.Cara mencetak
Rahang Atas :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke dalam sendok cetak. Posisi operator di samping kanan belakang. Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut, sehingga garis tengah sendok cetak berimpit dengan garis median wajah. Setelah posisinya benar sendok cetak ditekan ke atas. Sebelumnya bibir dan pipi penderita diangkat dengan jari telunjuk kiri, sedang jari manis, tengah dan kelingking turut menekan sendok dari posterior ke anterior. Pasien disuruh mengucapkan huruf U dan dibantu dengan trimming.
Rahang Bawah :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke dalam sendok cetak. Pasien dianjurkan untuk membuang air ludah. Posisi operator di samping kanan depan. Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut, kemudian sendok ditekan ke processus alveolaris. Pasien diinstruksikan untuk menjulur lidah dan mengucapkan huruf U. dilakukan muscle trimming supaya bahan mencapai lipatan mucobuccal. Posisi dipertahankan sampai setting.
2.Pembuatan cangkolan yang akan digunakan untuk retensi gigi tiruan dengan melakukan survey model terlebih dahulu pada gigi yang akan dipakai sebagai tempat cangkolan berada nantinya.
3.Pembuatan basis gigi tiruan dengan menggunakan malam merah yang dibuat sesuai dengan desain gigi tiruan.
4.Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking, finishing, polishing.

C.Kunjungan Ketiga
1.Try – in basis gigi tiruan akrilik dengan cangkolannya.
2.Pembuatan gigitan kerja yang digunakan untuk menetapkan hubungan yang tepat dari model RA dan RB sebelum dipasang di artikulator dengan cara : pada basis gigi tiruan yang telah kita buat tadi ditambahkan dua lapis malam merah dimana ukurannya kita sesuaikan dengan lengkung gigi pasien. Malam merah dilunakkan kemudian pasien diminta mengigit malam tersebut.
3.Pemasangan model RA dan RB pada artikulator dengan memperhatikan relasi gigitan kerja yang telah kita dapatkan tadi.
4.Penyusunan gigi tiruan dimana pada kasus ini akan dipasang gigi posterior maka perlu diperhatikan bentuk dan ukuran gigi yang akan dipasang. Posisi gigi ditentukan oleh kebutuhan untuk mendapatkan oklusi yang memuaskan dengan gigi asli atau gigi tiruan antagonis untuk mendapatkan derajat oklusi yang seimbang. Malam dibentuk sesuai dengan kontur alami prosesus alveolar dan tepi gingiva.
5.Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking, finishing, polishing.

D.Kunjungan Keempat
Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTS lepasan dalam mulut pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
1.Part of insertion and part of removement
Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan dapat dihilangkan dengan cara pengasahan permukaan gigi tiruan (hanya pada bagian yang perlu saja).
2.Retensi
Yaitu kemampuan GTS untuk melawan gaya pemindah yang cenderung memindahkan gigi tiruan ke arah oklusal. Retensi gigi tiruan ujung bebas di dapat dengan cara :
a.Retensi fisiologis, diperoleh dari relasi yang erat antara basis gigi tiruan dengan membarana mukosa di bawahnya.
b.Retensi mekanik, diperoleh dari bagian gigi tiruan yang bergesekan dengan struktur anatomi. Retensi mekanik terutama diperoleh dari lengan traumatic yang menempati undercut gigi abutment.
3.Stabilisasi
Yaitu perlawanan atau ketahanan GTS terhadap gaya yang menyebabkan perpindahan tempat/gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam keadaan berfungsi, misal pada saat mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan dengan cara menekan bagian depan dan belakang gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan pergeseran pada saat tes ini.
4.Oklusi
Yaitu pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral, dan anteroposterior. caranya dengan memakai kertas artikulasi yang diletakkan di bawah gigi atas dan bawah, kemudian pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada keadaan normal terlihat warna yang tersebar secara merata pada permukaan gigi. Bila terlihat warna yang tidak merata pada oklusal gigi maka dilakukan pengurangan pada gigi yang bersangkutan dengan metode selective grinding. Pengecekan oklusi ini dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi.
Selective grinding yaitu pengrindingan gigi-gigi menurut hukum MUDL (pengurangan bagian mesial gigi RA dan distal RB) dan BULL (pengurangan bagian bukal RA dan lingual RB).
Instruksi yang harus disampaikan kepada pasien
1.Mengenai cara pemakaian gigi tiruan tersebut, pasien diminta memakai gigi tiruan tersebut terus menerus selama beberapa waktu agar pasien terbiasa.
2.Kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut harus selalu dijaga. Sebelum dipakai sebaiknya gigi tiruan disikat sampai bersih.
3.Pada malam hari atau bila tidak digunakan, protesa dilepas dan direndam dalam air dingin yang bersih agar gigi tiruan tersebut tidak berubah ukurannya.
4.Jangan dipakai untuk makan makanan yang keras dan lengket.
5.Apabila timbul rasa sakit setelah pemasangan pasien harap segera kontrol.
6.Kontrol seminggu berikutnya setelah insersi.

E.Kunjungan Kelima
Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi. Tindakan yang perlu dilakukan :
1.Pemeriksaan subjektif
Pasien ditanya apa ada keluhan rasa sakit atau rasa mengganjal saat pemakaian gigi tiruan tersebut.
2.Pemeriksaan objektif
a.Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut
b.Melihat keadaan GTS lepasan baik pada plat dasar gigi tiruannya maupun pada mukosa di bawahnya.
c.Melihat posisi cangkolan.
d.Melihat keadaan gigi abutment dan jaringan pendukungnya.
e.Memperhatikan oklusi, retensi, dan stabilisasi gigi tiruan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar