Minggu, 20 Maret 2011

Terapi Rasa Sakit Karena perawatan Orthodontik

Faktor penyebab rasa sakit
Teori Pintu Gerbang dari Melzack dan Wallmengatakan bahwa terdapat tiga komponen yang berperan dalam terjadinya rasa sakit. Komponen pertama adalah sensori diskriminatif, yang menentukan informasi persepsi yang diterima seseorang. Informasi tersebut mencakup lokasi, besarnya dan waktu perangsangan. Kedua adalah komponen pengaruh motivasional, yang memberikan motivasi bertindak sebagai hasil dari informasi ini. Ketiga adalah komponen kognitif evaluatif, yang dipengaruhi oleh pengalaman lampau dan dugaan.

Usaha mengontrol rasa sakit
Uasaha ,engurangi rasa sakit dapat dilakukan dengan memodifikasi factor psikologi. Kecemasan dapat dikurangi dengan pemberian informasi. Adanya ketidakpastian menyebabkan seseorang hanya memiliki sedikit gambaran tentang apa yang akan terjadi pada dirinya. Hal ini menyebabkan seseorang memiliki sedikit kesempatan untuk merubah tingkah laku dirinya sendiri atau dokter giginya. Dokter gigi sebaiknya memberikan dukungan emosional ketika menjelaskan prosedur perawatan. Adanya rasa aman dan percaya mengurangi kecemasan pasien.
Teori pintu gerbang mengatakan bahwa terdapat 3 komponen yang berperan dalam membangun rasa sakit; sensori diskriminatif, afektif motivasional, dan kognitif evaluatif. Modifikasi dari ketiga komponen ini diharapkan dapat mengurangi stress yang dirasakan oleh pasien. Ada beberapa teknik yang mempengaruhi yang mempengaruhi komponen sensori diskrimantif. Alat-alat dirancang menggunakan kawat diameter kecil dan ringan yang mengeluarkan gaya lebih kecil trhadap gigi. Bahan anti inflamasi non steroid seperti aspirin dan ibuprofen telah digunakan untuk menghilangkan rasa sakit. Penelitian terhadap 93 pasien yang menjalani perawatan ortodontik menemukan bahwa 63% pasien berkurang rasa sakitnya sesudah mengunyah permen analgesic. Obat analgesic yang diberikan sebelum aplikasi alat ortodontik memblok impuls saraf afferent sebelum mencapai system saraf pusat. Penambahan 1 atau 2 dosis obat analgesic sesudah aplikasi alat ortodontik menyempurnakan control rasa sakit.
Komponen afektif motifasi mengacu pada cara orang bereaksi terhadap informasi sensori yang mereka terima. Mereka dapat bereaksi dengan strees yang berlebihan bila informasi sensori yangf mereka terima dianggap sebagai suatu ancaman terhadap kehidupannya. Bila informasi tersebut dianggap lebih netral, tanpa konotasi afektif, pasien mungkin merasa bahwa ia dapat mengatasi situasi dengan cara tertentu. Pengalihan perhatian merupakan salah satu cara pengendalian komponen afektif motivasi. Sebelum perawatan ortodontik pasien sebaiknya di motivasi dengan cara memberi informasi keadaan maloklusinya dan membayangkan hasil perawatan yang akan dicapai. Adanya perhatian pasien terhadap keadaan mal oklusinya membantu dalam mengontrol emosi ketidaknyamanan perawatan ortodontik. Peningkatan pengendalian memberi kesempatan pada pasien untuk mengendalikan tindakan dokter gigi. Pengendalian bukan berarti menghindari situasi melainkan kemampuan untuk mempengaruhi cara mengalaminya.
Komponen kognitif evaluatif berkaitan dengan evaluasi keparahan masukan sensori. Bayangan pasien atas intensitas stimulus yang akan dirasakan adalah sangat penting. Sebagian kendala yang dihadapi p[asien selama menjalani perawatan diberi label “menyakitkan” sehingga stimulus yang dialami diterima sebagai rasa sakit. Dua metodemengalihkan bayangan rasa sakit pada perawatan gigi, yaitu hipnotis dan mempersiapkan pasien untuk perawatan gigi. Persiapan pasien pada perawatan ortodontik dapat dilakukan dengan cara memberitahu kemungkinan rasa sakit yang mungkin akan dialami dan cara mengatasinya. Adanya persiapan ini membantu pasien dalam mengontrol kecemasan. Seorang pasien yang tidak diberitahu tentang bagaimana cara perawatan dan apa yang dirasakan sesudahnya menimbulkan ketidakpastian. Hal ini mungkin meningkatkan rasa sakit yang dialami.

Masalah Yang Dihadapi Dalam Perawatan Orthodonti Lepasan

Dokter gigi mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap keberhasilan perawatan karena dia yang memilih kasus, merencakan perawatan, mendsain peranti dan menatalaksanakan perawatan. Dalam penatalaksanaan perawatan, kemungkina keberhasilan perawatan dipengaruhi tiga hal saling berkaitan:
1. Pasien
2. Peranti
3. Pergerakan gigi

1.pasien
perbahan pada pasien, misalnya gigi susu yang tanggal atau gigi permanen yang erupsi yang dapat menyebabkan peranti tidak cocok lagi. Sebagian pasien tidak mau memakai peranti seperti yang diharuskan. Bila pasien tidak mau memakai peranti keadaan yang dapat diamati adalah:
-peranti masih kelihatan seperti baru, lempeng akrilik tetap mengkilap
-pasien teralihat tidak terampil memasang peranti
-peranti tidak sesuai
-tidak ada bekas oklusi pada peninggian gigit anterior
Sebagian pasien kurang memperhatikan kebersihan mulutnya sehingga giginya kurang bersih dan dapat timbul gingivitis marginalis kronis. Kadang- kadang keradangan gingival berlanjut dan terjadi penebalan gingival. Dapat juga terjadi akulukasi plak pada bagian lempeng akrilik yang menempel pada mukosa. Bila terjadi keadaan ini maka yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kebersihan mulut dan membersihkan peranti yang dipakai. Bila keadaan seperti ini masih tetap terjadi maka pasien dianjurkan untuk tidak memakai peranti beberapa hari berturut-turut.
Penebalan gingival palatal sering dijumpai pada saat retraksi gigi anterior atas, bila terdapat ruangan yang sempit diantara gigi dan lempeng akriik, saa gigi bawah tersebut akan berkontak dengan peninggian gigit anterior. Gigi anterior bawah beroklusi dengan peninggian gigit anterior yang menyebabkan lempeng akrilik goyang dan terjadi gingivitis hiperplastik. Mukosa cenderung menumpuk ke palatal karena gigi ditarik ke palatal. Untuk mengurangi hal ini perlu diperiksa apakah peninggian gigitann telah cukup diasah dan apakah retensi peranti cukup bagus sehingga dapat menahan peranti agar tidak bergerak pada saat pasien beroklusi. Sebaiknya dilakukan pengurangan tumpang gigit dulul sebelum meretraksi gigi atas
Pemakaian peranti lepasan akan menambah daerah stagnasi yang akan dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya karies. Keadaan ini dapat ditanggulangi dengan menjaga kebersihal mulut sebaik mungkin. Daerah rawan karies adalah permukaan gigi yang tertutup peninggian gigit baik anterior maupun posterior. Pemeriksaan gigi secara rutin hendaknya dilakukan untuk mencegah terjadinya karies

2.peranti
Sebelum peranti disesuaikan atau diaktifkan, perlu diperhatikan keadaan berbagai komponen perranti lepasan yaitu: retensi, komponen aktif dan lempeng akrilik. Perlu disadari bila peranti tidak dipakai terus-menerus dapat terjadi distorsi.
Komponen retensi perlu diperiksa karena sesudah dipakai beberapa lama kemungkinan dapat agak mendendor karena peranti dilepas dan dipasang. Bila peranti kurang retentive, komponen retentive perlu disesuaikan. Jangan menjadikan penyesuaian komponen retentive sebagai tindakan rutin karena tindakan ini akan menyebabkan peranti kehilangan daya retentifnya bila penyesuaian berlebihan
Komponen aktif perlu diperiksa, misalnya kontak pegas atau komponen aktif lain dengan gigi. Diperlukan penyesuaian apabila ditenggarai gigi bergerak ke arah yang tidak diinginkan. Untuk pengukuran yang akurat dapat digunakan tension gauge. Cara yang banyak dipakai adalah dengan memperkirakan secara langsung defleksi pegas
Periksalah lempeng akrilik apakah gigi bekas bergerak; bila gigi terhalang lempeng akrilik dapat digerinda. Bila peninggian gigit perlu ditebalkan baik untuk membebaskan halangan oklusal maupun untuk mengurangi tumpang gigit, penambahan cold-cured acrylic perlu dilakukan. Lempeng akrilik sebelah palatal gigi anterior atas yang tidak cukup digerinda dapat menyebabkan terjepitnya mukosa di antara geligi dan lempeng akrilik pada saat retraksi gigi anterior atas
Penjangkaran intraoral direncanakan pada saat mendesain peranti. Bila penjangkaran kurang mungkin perlu ditambah dengan penjangkaran ekstraoral. Bila terlihat ada kehilangan penjangkaran perlu penyesuaian penjangkaran ekstraoral maupun waktu pemakaiannya perlu ditambah

3.pergerakan gigi
Anggapan umum yang dapat diterima adalah gerakan gigi 1 mm tiap bulan bila peranti dipakai terus menerus. Bila peranti tidak dipakai terus menerus pergerakan gigi juga akan lebih lambat
meskipun peranti telah dipakai terus menerus tetapi kadang-kadang terjadi pergerakan gigi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan akibat beberapa hal, yaitu:
-arah pergerakan yang salah. Biasanya disebabkan penempatan pegas yang salah, khususnya kontak antara gigi gelgi dan lengan pegas. Perlu diperhatikan pada saat melakukan aktivasi dengan melakukan penyesuaian letak pegas bilamana masih memungkinkan. Apabila tidak memungkinkan maka pegas perlu diganti
-gerakan tipping yang berlebihan. Peranti lepasan menghasilkan gerakan tipping oleh karena fulcrum terletak kurang lebih sepertiga akar. Pemakaian kekuatan yang berlebihan dan jauh dari tepi gingiva menyebabkan fulcrum bergeser ke arah mahkota. Keadaan yang paling penting untuk diperhatikana dalah inklinasi gigi semula. Bila letak gigi semula sudah tidak menguntungkan, gerakan tipping yang berlebihan serta oklusi yang kurang menguntungkan akan mudah terjadi.
-Kehilangan penjangkaran. Merupakan salah satu penyebab kegagalan perawatan ortodontik. Diperlukan pemeriksaan penjangkaran pada setiap kunjungan. Agar gigi penjangkaran tidak bergerak ke mesial perlu tindakan antara lain menggerakkan gigi sesedikit mungkin pada suatu saat atau suatu kuadran. Kekuatan yang berlebihan akan menyebabkan gigi penjangkar bergerak ke mesial. Pegas bukal dari kawat berpenapang 0,7 mm yang diaktifkan seanyak 3 mm akan memberikan kekuatan yang besar sehingga akan terjadi kehilangan penjangkaran.

Daftar pustaka
Rahardjo, pambudi. 2009. Peranti Ortodonti Lepasan. Surabaya: Airlangga University Press

Jumat, 18 Maret 2011

GIGI BERDESAKAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kondisi ketidakteraturan gigi terkadang menjadi polemik bagi sebagian kalangan. Salah satu ketidakteraturan tersebut adalah gigi berjejalan atau yang sering disebut dengan crowding teeth. dalam dunia kedokteran gigi.crowding teeth ini merupakan maloklusi yang disebabkan tidak proporsionalnya dimensi mesiodistal secara keseluruhandari gigi geligi dengan ukuran maksila atau mandibula sehingga akan mengakibatkan perubahan lengkung gigi. Karena maloklusi disebabkan oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi jaringan sekitar mulut dan tubuh secara keseluruhannya. Maloklusi ini sering dijumpai pada pasien anak-anak dalam tugas dokter gigi baik di klinik maupun di praktek pribadi
Maloklusi atau anomaly dentofasial merupakan suatu penyimpangan dalam pertumbuhan dentofasial yang dapat mengganggu fungsi pengunyahan, penelanan, bicara dan keserasian wajah. Sama seperti maloklusi crowding teeth mengganggu fungsi penyunyahan, bicara, estetik jugamengakibatkan terjadinya penyakit gigi dan jaringan gusi. Dalam keadaan yang yang parah crowding teeth ini dapat mengakibatkan cacat wajah sehingga dapat mengakibatkan gangguan psikologis bagi para penderitanya.
Ada banyak faktor yang mendukung terjadinya crowding teeth yaitu :
A. Penyebab tidak langsung
1. Faktor genetik.
2. Faktor kongenital
3. Gangguan keseimbangan kelenjar endokrin
4. Penyakit
B. Penyebab langsung
1. Gigi susu yang tanggal sebelum waktunya
2. Gigi yang tidak tumbuh/tidak ada.
3. Gigi yang berlebih
4. Tanggalnya gigi tetap
5. Gigi susu tidak tanggal walaupun gigi tetap penggantinya telah tumbuh (persistens)
6. Bentuk gigi tetap tidak normal.
7. Kebiasaan-kebiasaan buruk.
Sehubungan dengan faktor penyebab terjadinya crowding teeth ini maka untuk mencegah terjadinya crowding teeth hendaknya sebelum terjadi harus dilakukan tindakan pencegahan. Karena maloklusi dapat dihindari dengan melakukan pencegahan tersebut.
Apabila ketidakteraturan pada gigi terjadi karena kebiasaan buruk, tentunya kebiasaan buruk itu harus dihilangkan terlebih dhaulu, lalu dilanjutkan dengan perawatan orthodonsi. Pasien dapat datang ke dokter gigi umum atau spesialis ortodonsi untuk merawat gigi yang tidak beraturan. Dokter gigi nanti akan melihat kelainan susunan gigi pasien lalu merencanakan perawatan yang akan diberikan. Apabila kasus dianggap berat, biasanya pasien akan dirujuk ke dokter spesialis ortodonsi.
Terkadang ada beberapa kasus yang memerlukan tindakan bedah terlebih dahulu seperti pencabutan atau tindakan bedah lain yang dikenal dengan istilah bedah orto. Perawatan dapat dikatakan berhasil bila susunan gigi dan oklusi yang normal sudah tercapai. Untuk keterangan lebih jelas dapat dilihat pada bab pembahasan.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan maloklusi ?
2. Apa yang dimaksud dengan gigi berdesakan atau crowding teeth?
3. Apa faktor-faktor penyebab gigi berdesakan atau crowding teeth?
4. Apa dampak negatif yang dapat terjadi bila seseorang menderita gigi berdesakan crowding teeth?
5. Bagaimana pencegahan mengenai gigi berdesakan atau crowding teeth?
6. Bagaimana cara perawatan gigi berdesakan atau crowding teeth?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari oklusi.
2. Mengetahui pengertian dari gigi berdesakan atau crowding teeth.
3. Mengetahui faktor penyebab gigi berdesakan atau crowding teeth.
4. Mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan bagi penderita gigi berdesakan atau crowding teeth.
5. Mengetahui tindakan pencegahan dan perawatan untuk gigi berdesakan atau crowding teeth.


























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Maloklusi
Maloklusi merupakan ketidakteraturan gigi-gigi diluar ambang normal. Maloklusi sendiri dapat meliputi ketidakteraturan local dari gigi-gigi malrelasi pada tiap ketiga bidang ruang-sagital, vertical atau tranversal. (Houston, W.J.B,1989). Klasifikasi maloklusi menurut Edward Angle dibagi dalam tiga kelas, yaitu:
1. Klas I angle (Netroklusi)
Pada maloklusi ini patokannya diambil dari hubungan molar pertama atas dengan molar pertama rahang bawah. Bila molar pertama atas atau molar pertama bawah tidak ada maka kadang-kadang dilihat dari hubungan kaninus rahang atas dan rahang bawah.
Menurut Devey,klas I ini dibagi menjadi 5 tipe :
a. Klas I tipe 1 : bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas terletak pada garis bukal molar pertama bawah dimana gigi anterior dalam keadaan berjejal (crowding dan kaninus terletak lebih ke labial.
b. Klas I tipe 2 : hubungan molar pertama atas dan bawah normal dan gigi anterior dalam keadaan protusif.
c. Klas I tipe 3 :hubungan pertama molar pertama atas dan bawah normal tetapi terjadi gigitan bersilang anterior.
d. Klas I tipe 4 : hubungan pertama molar atas dan bawah normal tetapi terjadi gigitan bersilang posterior.
e. Klas I tipe 5 : hubungan molar pertama normal, kemudian pada gigi posterior terjadi migrasi kearah mesial.
2. Klas II Angle
Sehubungan bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas lebih anterior dari garis bukal molar pertama bawah. Juga apabila bonjol mesial cusp molar pertama atas bergeser sedikit ke anteriordan tidak pada garis bukal pertama atas melewati bonjol mesiobukal molar pertama bawah.
Pada maloklusi ini hubungan kaninusnya bervariasi yaitu kaninus bisa terletak diantara insisif lateral dan kaninus bawah.pada umumnya kelainan ini disbabkan karena kelainan pada tulang rahang atau maloklusi tipe skeletal.
Menurut dewey, klas II Angle ini dibagi dalam dua divisi, yaitu:
a. Divisi I : hubungan antara molar pertama bawah dan molar pertama atas disoklusi dan gigi anterior adalah protusif. Kadang-kadang disebabkan karena kecilnya rahang bawah sehingga profil pasien terlihat seperti paruh burung.
b. Divisi 2 : hubungan antara molar pertama bawah dan molar pertama atas disoklusi dan gigi anterior seolah-olah normal tetapi terjadi deep bite dan profil pasien seolah-olah normal.
3. Klas III Angle (mesioklusi)
Disini bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas berada lebih ke distal atau melewati bonjol distal molar pertama bawah, atau lebih kedistal sedikit saja dari garis bukal molar pertama bawah. Sedangkan kedudukan kaninus biasanya terletak diantara premolar pertama dan kedua bawah. Klas III ini disebut juga tipe skeletal.
Menurut dewey, klas III Angle ini dibagi dalam tiga tipe, yaitu:
a. Klas III tipe 1 : hubungan molar pertama atas dan bawah mesioklusi sedang hubungan anterior insisal dengan insisal (edge to edge).
b. Klas III tipe 2 : hubungan molar pertama atas dan bawah mesioklusi,sedang gigi anterior hubungannya normal.
c. Klas III tipe 3 : hubungan gigi anterior seluruhnya bersilang (cross bite) sehingga dagu penderita menonjol kedepan. (Hambali, Tono,1985)

2.2 Pengertian Gigi Berdesakan Atau Crowding Teeth
Gigi berdesakan atau crowding teeth merupakan akibat maloklusi yang disebabkan oleh tidak proporsionalnya dimensi mesiodistal secara keseluruhan dari gigi geligi dengan ukuran maksila atau mandibula, sehingga akan mengakibatkan perubahan lengkung gigi. (Harty, F. J dan R Oyston,20002) .
Gigi berdesakan atau crowding secara umum dapat dikatakan sebagai suatu keadaan dimana terjadi disproporsi antara ukuran gigi dan ukuran rahang dan bentuk lengkung. Tiga keadaan yang memudahkan lengkung gigi menjadi berdesakan adalah lebar gigi yang besar, tulang basal rahang yang kecil atau kombinasi dari gig yang lebar dan rahang yang kecil. Dalam penelitian ditemukan bahwa pada kasus dengan gigi yang lebih kecil, daripada kasus tanpa atau sedikit gigi berdesakan.
Usia dimana gigi bertambah berdesakan adalah usia antara 13-14 tahun, dan kemudian mungkin akan berkurang. Dalam penelitian ditemukan gigi berdesakan terbanyak ditemukan pada usia 9 tahun, sedangkan peneliti lain menemukannya pada usia 12-13 tahun. Peneliti menghubungkan timbulnya masalah ini dengan adanya perubahan pada individu selama selama proses perkembangan. Keadaan gigi berdesakan pada akhir masa pertumbuhan dapat terjadi pada individu yang pada mulanya mempunyai lengkungan gigi yang baik dan keadaan ini akan bertambah parah jika sejak awal usia pertumbuhan keadaan giginya telah berdesakan.
(http://itakurnia.blogspot.com, diakses 3 September 2009, pukul 16.09 WIB)
Tiga teori utama untuk menghitung crowding ditentukan oleh:
1. Kekurangan “atnisi normal” pada makanan modern. Jika sebuah pemendekan dan lengkung panjang dan sebuah migrasi mesial dan molar dan tetaplah sebuah gejala alami. Hal itu akan terlihat beralasan bahwa Crowding akan berkembang jika banyaknya struktur banyaknya gigi tidak dikurangi selama tahap akhir perkembangan.
2. Tekanan dad molar 3. Akhir crowding berkembang pada kira-kira saat molar 3 akan erupsi.
3. Pertumbuhan mandibula yang terlambat sebagai sebuah hasl dari gradient capalocaudal dari pertumbuhan. Mandibula dapat tumbuh dan bekerja lebih fokus pada akhir remaja dibandingkan dengan maksila.( Prijatmoko, Dwi, dkk.2002)

2.3 Faktor-Faktor Penyebab Gigi Berdesakan Atau Crowding Teeth
Faktor-faktor yang menyebabkan gigi berdesakan pada rongga mulut dibagi menjadi 2 antara lain adalah sebagai berikut:
A. Penyebab tidak langsung
1. Faktor genetik.
Gigi berjejalan berhubungan erat dengan genetika karena banyaknya maloklusi yang disebabkan oleh faktor keturunan. Misalnya : pada pria yang mempunyai gigi dan rahang besar menikah dengan wanita yang gigi dan rahangnya kecil, maka anaknya memiliki gigi yang berjejal-jejal. Hal ini disebabkan gigi dari ayahnya dan lengkung rahang dari ibunya tidak serasi. .(Salzman, J. A, 1957)
2. Faktor skeletal
Faktor skeletal yaitu bentuk tulang di rahang atas dan rahang bawah yang mempengaruhi bentuk wajah, seperti bentuk rahang atas yang menonjol ke depan sehingga gigi-gigi tampak maju dan bentuk wajah menjadi cembung. Atau sebaliknya rahang bawah yang lebih pesat pertumbuhannya dibandingkan rahang atas, sehingga bentuk wajah menjadi cekung, dan terjadi gigitan terbalik.
3. Faktor kongenital
Pertumbuhan dan perkembangan juga mempengaruhi keadaan gigi anak sejak dalam kandungan yang disebut kelainan congenital. Dengan kata lain kelainan congenial adalah kelainan yang disebabkan oleh gangguan yang dialami bayi sewaktu masa kehamilan. Kelainan congenital ini disebabkan karena :
 Faktor keturunan
 Gangguan nutrisi, missal gangguan nutrisi pada ibu.
 Kelainan endokrin
 Gangguan nutrisi pada bayi dalam kandungan
 Penyakit.(Salzman, J. A, 1957)
 Gangguan mekanik, misalnya truma sewaktuibu hamil yang bersifat fisik misalnya terjatuh. Hal ini bisa terjadi pada kehamilan ketiga dimana procesus maksilaris kiri dan kanan belum bertemu dan kemudian terjadi trauma, pada saat ini maka si anak yang lahir akan mengalami cacad sepert cleft lip dan palatoschisis. .(Salzman, J. A, 1957)
 Radiasi yang berlebihan pada wanita hami, misalnya terkana sinar-X atau sinar inframerah lainnya. Sinar-sinar ini mempunyai efek terhadap sel-sel yang masih muda.(Salzman, J. A, 1957)
4.Gangguan keseimbangan kelenjar endokrin
 Kelenjar endokrin berfungsi menghasilkan hormon dalam tubuh untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Termasuk ini adalah kelenjar pituitary, thyroid dan parathyroid. Apabila ada kelainan pada kelenjar-kelenjar tersebut, maka dapat terjadi gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan tubuh termasuk rahang dan gigi. .(Salzman, J. A, 1957)

5. Penyakit
misalnya penyakit thalasemia.anak talasemia mengalami hambatan tumbuh kembang fisik (berat dan tinggi badan kurang) serta hambatan pertumbuhan tulang penyangga gigi. Rahang bawah pendek sehingga muka bagian atas tampak maju. Pertumbuhan vertikal juga terganggu sehingga tampak divergen, muka lebih cembung. Wajah tidak proporsional, pipi lebih tinggi, jarak kedua mata lebih lebar.
B. Penyebab langsung
1. Gigi susu yang tanggal sebelum waktunya
Gigi sulung tanggal sebelum waktunya yang disebabkan oleh karies . Kemudian pada usia 6 tahun, molar pertama sudah mulai tumbuh. Jika molar kedua sulung sudah mulai tumbuh. Jika molar kedua sulung sudah hilang karena terpaksa dicabut sehingga tempatnya akan terisi molar pertama tetap dan inklinasi. Molar pertama tetap miring kemesial, maka gigi premolarpertama dan kedua yang akan tumbuh tidak mempunyai tempat karena sudah terisi oleh molar pertama tetap, akibatnya gigi premolar pertama dan kedua akan bereupsi diluar lengkung gigi. Maka oleh karena itu penting mencegah tanggalnya gigi sulung sebelum waktunya. (Houston, W. J. B,1989)
2. Gigi yang tidak tumbuh/tidak ada.
Molar ketiga biasanya tidak ada tetapi tidak selalu menimbulkan maloklus. Premolar kedua atau insisivus kedua atas pada 5 % anak tidak terbentuk. Tentu saja keadaan ini penting secara ortodontidan harus diputuskan apakah ruang harus diganti atau diganti dengan protesa.(Houston, W. J. B,1989)
Apabila memang gigi tidak terbentuk . maka lengkung gigi dan rongga mulutnya terdapat ruangan kosong sehingga tampak celah antara gigi (diastema).
3. Gigi yang berlebih (supernumeri teeth)
Gigi supernumeri sering ditemukan didekat garis tengah rahang atas atau dikenal dengan sebutan mesiodens. Gigi ini dapat menghalangi erupsi atau menggeser insisivus pertama tetap. Gigi mesioden tersebut timbul dalam lengkung gigi, akan menyebabkan gigi berjejal (crowding). .(Houston, W. J. B,1989)
4. Tanggalnya gigi tetap
Tanggalnya gigi tetap karena trauma,karies atau penyakit periodontal berakibat buruk terhadap oklusi.keadaan ini dapat menimbulkan kelainan oklusi jika gigi-gigi tersebut dicabut setelah usia 10 tahun. Penutupan ruang teutama pada rahang bawah yang tidak memuaskan akan mengakibatkan gigi-gigi di sekitar daerah pencabutan akan tumbuh miring. (Houston, W. J. B,1989).
5. Gigi susu tidak tanggal walaupun gigi tetap penggantinya telah tumbuh (persistens)
Gigi persistensi yaitu gigi sulung yang belum tanggal pada waktunya sehingga gigi tetap yang akan bereupsi mulai muncul keluar kemudian gigi tetap yang akan bererupsi mulai muncul keluar kemudian gigi tetap ini akan mencari arah dicabut, karena kalau tidak dicabut karena kalau tidak dicabut akan menimbulkan maloklusi pada gigi penggantiannya.
6. Bentuk gigi tetap tidak normal
Bentuk gigi tetap tidak normal.maksudnya bentuknya gigi tidak teratur yaitu ada yang besar dan ada yang kecil. Jika gigi yang tumbuh besar dan rahangnya kecil maka gigi tumbuh berdesakan, kemudian apabila gigi yang tumbuh kecil rahangnya besar maka akan mengakibatkan gigi tersusun diastema. .(Houston, W. J. B,1989)
7. Kebiasaan-kebiasaan buruk.
Ini biasanya terjadi pada masa pertumbuhan dan biasanya ini sulit sekali dihindari, kebiasakan buruk itu antara lain :
o Menghisap jari
Kebiasaan ini biasanya erjadi pada seseorang anak yang disebabkan oleh adanya rasa tidak puas, karena anak mendapatkan makanan atau minuman yangselalu terlambat atau anak sering dimarahi orang tuanya , sehingga mencari kompensasi lain seperti mengisap jari.
Akibat yang ditumbulkan adalah timbulnya tekanan pada daerah palatum bagian anterior sehingga merangsang pertumbuhan prosesus alveolaris ke anterior sehingga akan mengakibatkan inklinasi daripada gigi insisi condong kedepan (labial atau protusif). Kebiasaan menghisap jari ini juga dapat mengakibatkan berbagai maloklusi, yaitu klas I Angle dengan open bite, maloklusi klas II Angle divisi 1, dan klas III Angle dimana mandibulatertarik kedepan oleh jari-jari yang dihisap. (Salzman, J. A, 1957)
o Kebiasaan meletakkan lidah di antara gigi rahang atas dan gigi rahang bawah.
Hal ini diakibatkan oleh karena penderita mempunyai kebiasaan menelan yang salah. Juga dapat terjadi akibat adanya kelainan dari lidahnya sendiri, misalnya terjadi makroglosi sehingga gigi terdorong ke anterior. (Salzman, J. A, 1957)
o Menggigit pensil atau membuka jepit rambut dengan gigi.
Terkadang anak-anak di saat belajar mempunyai kebiasaan menggigit pensil atau pulpen, hal ini dapat menyebabkan gigi yang dipakai menggigit tadi akan keluar dari lengkung gigi yang benar. Juga dapat terlihat terjadinya keausan pada salah satu gigi anterior yang sering terkena benda keras tersebut sehingga menyebabkan terjadi rotasi atau labioversi gigi tersebut. Keadaan yang sama bisa terjadi pada keadaan menggigit kuku. .(Houston, W. J. B,1989)
Bila kita melihat pasien dengan pada salah satu gigi anterior yang sering terjadi rotasi atau labioversi gigi tersebut. Maka kita bisa menerka secara langsung penyebabnya ialah pasien senang menggigit benda keras. .(Houston, W. J. B,1989)
o Kebiasaan ngedot yang sulit dihentikan, misalnya sampai usia Sekolah Dasar masih ngedot, hal ini cenderung akan mempengaruhi bentuk rahang si anak. Susu dari botol yang diminum oleh bayi melaui cara mengisap ini kan memproduksi akibat yang negative yaitu dapat mengkerutkan pipi dan menekan rahang. Kemudian efek dari hal tersebut akan mengakibatkan rahang atas tertarik kedepan, membuat tinggi palatum dan septum nasal dan dapat mengakibatkan pengurangan ukuran lateral dari palatum. .(Houston, W. J. B,1989)
o Kebiasaan bernafas melalui mulut
Hal ini umumnya disebabkan oleh karena :
a. Anomali dari perkembangan dan morfologi pernapasan melalui hidung.
b. Infeksi, tumor pada hidung serta terjadi polip.
c. Terjadi trauma pada hidung.
d. Kurangnya udara yang masuk melalui hidung membuat penting untuk bernapas melalui mulut.
e. Faktor genetik.
Karena faktor-faktor diatas maka pasien berusaha untuk mendapatkan udara semaksimal mungkin melalui mulut. Akibatnya pertumbuhan sinus maksilaris ke arah lateral terganggu sedang kearah anterior tidak terganggu dan terlihat palatum menjadi tinggi dan sempit, mukosa mulut menjadi kering dan gigi anterior menjadi protusif.
Pengaruh ini biasanya terjadi pada rahang atas dan mempengaruhi pertumbuhan otot-otot. Yaitu terlihat jelas pada pasien dengan klasifikasi Angle kals II divisi 1.
o cara menelan yang salah.
Akibat dari umumnya menimbulkan kebiasaan mendorong dengan lidah sehingga terlihat pada gigi pasien adalah labioversi dan kadang-kadang terjadi openbite.
o Kebiasaan menggigit bibir
Umumnya terjadi akibat defek psikologis pada seseorang anak sehingga ia mencari suatu kompensasi lain yaitu denan menggigit bibir atas atau bawah. Akibat dari menggigit bibir atas yaitu maka terlihat pada gigi incisive condong kelabial. Akibat menggigit bibirbawah maka terlihat gigi rahang atas condong kelabial.
( http://www.dentalarticles.com, diakses tanggal 3 September 2009, pukul 20.34 WIB)

2.4 Dampak Negatif Yang Dapat Terjadi Bila Seseorang Menderita Gigi Berdesakan Crowding Teeth
Berbagai dampak negatif yang ditimbulkan karena gigi berdesakan antara lain, yaitu :
1. Menimbulkan cacat muka, sehingga estetik jelek dan dapat mengakibatkan rasa rendah diri dan percaya diri berkurang.
2. Kesehatan gigi dan mulut akan terganggu, misalnya : suatu keadaan gigi yang berjejal-jejal akan memudahkan terjadinya suatu impaksi dari sisa makanan sehingga makanan sehingga akan menimbulkan karies gigi.
3. Fungsi pendengaran bisa mendapat gangguan. Misalnya : pada oklusi yang dagunya dimajukan kedepan, apabila gigitan dilakukan terus-menerus akan menimbulkan gangguan sendi rahang, hal ini mengakibatkan fungsi alat pendengaran terganggu.
4. Fungsi pengunyahan dapat terganngu karena terjadi maloklusi jadi terjadi gangguan pada gigi-gigi yang saling berhubungan.
5. Fungsi bicara dapat terganggu misalnya biasanya pada penderita gigi berdesakan ini mengalami displsia memang ini tidak terjadi pada semua orang, jadi jika pasien mengalami dysplasia maka ia akan kesulitan untuk melafalkan beberapa huruf tertentu. Huruf-huruf itu akan terdengar tidak sejelas apabila dilalkan orang yang normal
6. Dapat mengakibatkan penyakit periodontal karena penimbunan sisa makanan dan kesulitan pembersihan.
7. Dapat engakibatka kerusakan pada gigi-gigi.
( http://www.dentalarticles.com, diakses tanggal 3 September 2009, pukul 20.34 WIB)
2.5 Cara Pencegahan Mengenai Gigi Berdesakan Atau Crowding Teeth
Untuk mencegah gigi berdesakan ataupun maloklusi pada pengertian yang benar, ini akan menjadi suatu hal yang penting untuk memberikan pengetahuan tentang pengertian faktor etiologi dari maloklusi serta crowding teeth tersebut. Selain itu kesadaran, kemampuan yang dimiliki oleh seseorang tentang faktor genetic yang terjadi pada keluarga besar sebelumnya juga dapat dijadikan acuan untuk mengontrol pertumbuhan serta perkembangan dan fungsi-fungsi organ pada saat Prenatal, kongenital maupun post natal agar terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan. Dengan kata lain untuk mencegah terjadinya kelainan-kelainan yang tidak diharapkan. (http://en.wikipedia.org/wiki/Malocclusion, diakses tanggal 5 September 2009, pukul 11.25 WIB)
Kemudian pengawasan terhadap kebiasaan anak-anak juga penting untuk diamati, khususnya bagi para orang tua harus dapat menontrol dan mengawasi lingkungan dimana anak-anaknya tumbuh. Kewajiban orangtua untuk memperhatikan anaknya untuk tidak melakukan kebiasaan buruk juga mendukung pencegahan terjadinya maloklusi maupun gigi berdesakan. Karena maloklusi dan gigi berdesakan ini dapat dicegah sebelum terjadi. (Hambali, Tono, 1986).

2.6 Cara Perawatan Gigi Berdesakan Atau Crowding Teeth
Perawatan Crowding teeth tidak lepas dari perawatan ortodonsi. Perawatan orthodonsi ini menggunakan semacam kawat. Kawat ortodonsi ini adalah suatu alat atau piranti yang digunakan untuk memperbaiki susunan gigi yang crowded, sesak, atau tidak teratur, agar didapatkan susunan gigi yang baik atau normal kembali. Tujuan perawatan ortodonsi adalah untuk mendapatkan oklusi (hubungan antara gigi-gigi di rahang atas dan rahang bawah) yang tepat atau baik, yang sehat secara fungsional, estetik memuaskan dan stabil. (http://www.orthodonticslimited.com/orthodontic_treatment/crowding_spacing_teeth.html, diakses tanggal 5 September 2009, pukul 11.00 WIB). Perawatan orthodonti ini pastinya menggunakan alat –alat (pesawat) yang mendukung prosesnya agar berjalan lancar. Macam-macam pesawat orthodonti dapat dilakukan dengan menggunakan dua macam alat :
1. Pesawat lepasan (removable appliance) terdiri dari pelat akrilik dengan kawat retensi (cangkolan) serta spring-spring dan kadang-kadang dilenkapi dengan sekrup.
2. Pesawat tetap (fixed appliance), tidak seperti halnya pesawat lepasan dapat dibuka atau dilepas oleh pasien, pesawat tetap tidak dapat dilepas atau dipasang sendiri oleh pasien tetapi harus oleh operator atau dokter gigi. Pemasangan pesawat tetap ini tidak dapat dilakukan oleh semua dokter gigi kecuali oleh dokter gigi yang telah mendapatkan pendidikan khusus dibidang “Fixed appliance”. Alat ini popular dipakai diamerika dan dijepang. (Hambali, Tono, 1986)
 Pesawat ortodonti tetap ini terdiri atas :
1. Band yang bersifat stainless teel yang dilekatkan pada masing-masing gigi dan dipatri. Melekatnya pada gigi adalah dengan cara disemen pada setiap gigi
2. “brecket”, alat ini ditempelkan pada Band dengan cara disolder yang gunanya adalah dilewati oleh kawat labial atau dengan yang lebih kecil.
3. Kawat yang dilengkungkan dengan ideal yang dinamakan busur labial. Sifat kawat ini elastic sehingga menimbulkan tekanan terhadap gigi yang malposisi. (Hambali, Tono, 1986)
Selain perawatan orthodonsi menghilangkan crowding teeth ini juga bisa dengan cara pencabutan yang disebut pencabutan serial. Pencabutan serial merupakan teknik dimana dengan mencabut gigi susu dan gigi tetap tertentu (pada waktu tertentu) dapat mengurangi crowding dengan mmanfaatkan pergerakan gigi spontan sehingga tidak diperlukan perawatan ortho. Prosedur keseluruhan harus dibatasi pada maloklusi kelas 1 dengan crowding dan seluruh gigi ada, sehat serta berada dalam posisi menguntungkan. .(Houston, W. J. B,1989)
Selain pencabutan serial dilakukan perlu tetap diingat bahwa pemeriksaan yang menyeluruh telah dilakukan pada setiap tahap untuk memastikan bahwa cara ini masih merupakan rencana yang tepat untuk pasien. Tetapi cara ini masih mempunyai banyak kekurangan :
1. Anak harus menghadapi cabut gigi berapa kali.
2. Kaninus bawah tetap dapat tumbuh terlebih dahulu daripada premolar pertama sehingga menjadi impaksi antara kaninus dan molar kedua susu, hal ini menyebabkan kesulitan dalam pencabutan. .(Houston, W. J. B,1989)







BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan diatas maka dapat disimpulkan :
1. Maloklusi merupakan ketidakteraturan gigi-gigi diluar ambang normal. Maloklusi sendiri dapat meliputi ketidakteraturan local dari gigi-gigi malrelasi pada tiap ketiga bidang ruang-sagital, vertical atau tranversal.
Klasifikasi maloklusi menurut Edward Angle dibagi dalam tiga kelas, yaitu:
1. Klas I angle (Netroklusi), menurut Devey,klas I ini dibagi menjadi 5 tipe.
2. Klas II Angle, menurut devey, klas II Angle ini dibagi dalam dua divisi.
3. Klas III Angle (mesioklusi), menurut dewey, klas III Angle ini dibagi dalam tiga tipe.
2. Gigi berdesakan atau crowding secara umum dapat dikatakan sebagai suatu keadaan dimana terjadi disproporsi antara ukuran gigi dan ukuran rahang dan bentuk lengkung. Tiga keadaan yang memudahkan lengkung gigi menjadi berdesakan adalah lebar gigi yang besar, tulang basal rahang yang kecil atau kombinasi dari gig yang lebar dan rahang yang kecil. Dalam penelitian ditemukan bahwa pada kasus dengan gigi yang lebih kecil, daripada kasus tanpa atau sedikit gigi berdesakan.
3. Ada banyak faktor yang mendukung terjadinya crowding teeth yaitu :
A. Penyebab tidak langsung
1. Faktor genetik.
2. Faktor kongenital
3. Gangguan keseimbangan kelenjar endokrin
4. Penyakit
B. Penyebab langsung
1. Gigi susu yang tanggal sebelum waktunya
2. Gigi yang tidak tumbuh/tidak ada.
3. Gigi yang berlebih
4. Tanggalnya gigi tetap
5. Gigi susu tidak tanggal walaupun gigi tetap penggantinya telah tumbuh (persistens)
6. Bentuk gigi tetap tidak normal.
7. Kebiasaan-kebiasaan buruk.
4. Berbagai dampak negatif yang ditimbulkan karena gigi berdesakan antara lain, yaitu :
 Menimbulkan cacat muka, sehingga estetik jelek dan dapat mengakibatkan rasa rendah diri dan percaya diri berkurang.
 Kesehatan gigi dan mulut akan terganggu.
 Fungsi pendengaran bisa mendapat gangguan
 Fungsi pengunyahan dapat terganngu karena terjadi maloklusi jadi terjadi gangguan pada gigi-gigi yang saling berhubungan.
 Fungsi bicara dapat terganggu.
 Dapat mengakibatkan penyakit periodontal.
 Dapat engakibatka kerusakan pada gigi-gigi.

5. Untuk mencegah terjadinya gigi berdesakan adalah dengan cara menghilangkan etiologi penyebeb gigi berdesakan tersebut.
6. Perawatan Crowding teeth tidak lepas dari perawatan ortodonsi. Perawatan orthodonsi ini menggunakan semacam kawat. Kawat ortodonsi ini adalah suatu alat atau piranti yang digunakan untuk memperbaiki susunan gigi yang crowded, sesak, atau tidak teratur, agar didapatkan susunan gigi yang baik atau normal kembali
Selain perawatan orthodonsi menghilangkan crowding teeth ini juga bisa dengan cara pencabutan yang disebut pencabutan serial. Pencabutan serial merupakan teknik dimana dengan mencabut gigi susu dan gigi tetap tertentu (pada waktu tertentu) dapat mengurangi crowding dengan memanfaatkan pergerakan gigi spontan sehingga tidak diperlukan perawatan ortho.
3.2 Saran
Dengan merujuk adanya gigi yang berdesakan. Sebaiknya para orangtua seharusnya mengajarkan pada anak-anaknya untuk menghindari penyebab terjadinya crowding teeth. Mengingat crowding teeth juga dapat dicegah maka perlu pengetahuan dini untuk anak-anak agar dapat menghindari faktor-faktor predisposisi dari crowding teeth. Kemudian bagi penderita crowding teeth yang parah hendaknya melakukan perawatan orthodontics supaya dapat memperbaiki oklusi serta bentuk wajah. Selain dengan perawatan ini, juga dapat dilakukan perawatan dengan cara pencabutan serial yaitu mencabut gigi-gigi sulung atau supernumeri teeth yang tidak diperlukan sehingga dapat mengurangi kepenuhan didalam mulut.

























DAFTAR PUSTAKA

Andlaw, R. J. 1992. Perawatan Gigi Anak. Jakarta : Widya Medika.
Hambali, Tono.1986. Diktat Kuliah Orthodonti II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran. Bandung : YABINA FKG UNPAD
Harty, F. J dan R Oyston.20002. Kamus Kedokteran Gigi. Alih bahasa : drg narlan sumawinata
Houston, W. J. B1989. Diagnosis Orthodonti. Alih bahasa drg yuwono L. Jakarta : Hipokrates
http://www.metcalforthodontics.com/images/common_clip_image001.jpg&imgrefurl=http://www.metcalforthodontics.com/common.html&usg=__r4VKDy0YSETes-vESUiyGsBbI5Y=&h=164&w=250&sz=14&hl=id&start=145&um=1&tbnid=eEJR8jgHC9YbYM:&tbnh=73&tbnw=111&prev=/images%3Fq%3Dcrowding%2Bteeth%26ndsp%3D18%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26sa%3DN%26start%3D144%26um%3D1, diakses tanggal 5 September 2009, pukul 11.30WIB
http://en.wikipedia.org/wiki/Malocclusion, diakses tanggal 5 September 2009, pukul 11.25 WIB
http://www.orthodonticslimited.com/orthodontic_treatment/crowding_spacing_teeth.html, diakses tanggal 5 September 2009, pukul 11.00 WIB
http ://www.pustaka.unpad.ac.id/wp-content/kesehatan_gigi_untuk_keluarga.pdf, diakses tanggal 5 september 2009, pukul 11.54 WIB
Koesomahardjo, Hamilah.1995. Survey Pelaksanaan Pencegahan Maloklusi Oleh Kesehatan Gigi Sekolah DKI Jakarta. Journal of the Indonesian dental association. Hal 55-61
Prijatmoko, Dwi, dkk.2002. Pertumbuhan Dan Perkembangan Kompleks Kraniofasial. (Cetakan I). Jember : fakultas kedokteran gigi press universitas jember
Salzman, J. A. 1957. Orthodontics Principal And Prevention. Philadelphia : J. B. Lippincott Company.
Susetyo, Budi. 1998. Praktek Othodonti Alat Cekat. Jakarta : Binarupa aksara.
Walter. 1990. Orthodonti Waltier. Alih bahasa : drg Llian Y. Jakarta : Hipokrates

MALOKLUSI

2.1 Pengertian Maloklusi
Maloklusi merupakan ketidakteraturan gigi-gigi diluar ambang normal. Maloklusi sendiri dapat meliputi ketidakteraturan local dari gigi-gigi malrelasi pada tiap ketiga bidang ruang-sagital, vertical atau tranversal. (Houston, W.J.B,1989). Klasifikasi maloklusi menurut Edward Angle dibagi dalam tiga kelas, yaitu:
1. Klas I angle (Netroklusi)
Pada maloklusi ini patokannya diambil dari hubungan molar pertama atas dengan molar pertama rahang bawah. Bila molar pertama atas atau molar pertama bawah tidak ada maka kadang-kadang dilihat dari hubungan kaninus rahang atas dan rahang bawah.
Menurut Devey,klas I ini dibagi menjadi 5 tipe :
a. Klas I tipe 1 : bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas terletak pada garis bukal molar pertama bawah dimana gigi anterior dalam keadaan berjejal (crowding dan kaninus terletak lebih ke labial.
b. Klas I tipe 2 : hubungan molar pertama atas dan bawah normal dan gigi anterior dalam keadaan protusif.
c. Klas I tipe 3 :hubungan pertama molar pertama atas dan bawah normal tetapi terjadi gigitan bersilang anterior.
d. Klas I tipe 4 : hubungan pertama molar atas dan bawah normal tetapi terjadi gigitan bersilang posterior.
e. Klas I tipe 5 : hubungan molar pertama normal, kemudian pada gigi posterior terjadi migrasi kearah mesial.
2. Klas II Angle
Sehubungan bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas lebih anterior dari garis bukal molar pertama bawah. Juga apabila bonjol mesial cusp molar pertama atas bergeser sedikit ke anteriordan tidak pada garis bukal pertama atas melewati bonjol mesiobukal molar pertama bawah.
Pada maloklusi ini hubungan kaninusnya bervariasi yaitu kaninus bisa terletak diantara insisif lateral dan kaninus bawah.pada umumnya kelainan ini disbabkan karena kelainan pada tulang rahang atau maloklusi tipe skeletal.
Menurut dewey, klas II Angle ini dibagi dalam dua divisi, yaitu:
a. Divisi I : hubungan antara molar pertama bawah dan molar pertama atas disoklusi dan gigi anterior adalah protusif. Kadang-kadang disebabkan karena kecilnya rahang bawah sehingga profil pasien terlihat seperti paruh burung.
b. Divisi 2 : hubungan antara molar pertama bawah dan molar pertama atas disoklusi dan gigi anterior seolah-olah normal tetapi terjadi deep bite dan profil pasien seolah-olah normal.
3. Klas III Angle (mesioklusi)
Disini bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas berada lebih ke distal atau melewati bonjol distal molar pertama bawah, atau lebih kedistal sedikit saja dari garis bukal molar pertama bawah. Sedangkan kedudukan kaninus biasanya terletak diantara premolar pertama dan kedua bawah. Klas III ini disebut juga tipe skeletal.
Menurut dewey, klas III Angle ini dibagi dalam tiga tipe, yaitu:
a. Klas III tipe 1 : hubungan molar pertama atas dan bawah mesioklusi sedang hubungan anterior insisal dengan insisal (edge to edge).
b. Klas III tipe 2 : hubungan molar pertama atas dan bawah mesioklusi,sedang gigi anterior hubungannya normal.
c. Klas III tipe 3 : hubungan gigi anterior seluruhnya bersilang (cross bite) sehingga dagu penderita menonjol kedepan. (Hambali, Tono,1985)

Rabu, 16 Maret 2011

NYERI

Pertimbangan dari macam nyeri dan intensitas nyeri merupakan penilaian efikasi analgesik. Untuk beberapa nyeri pasca operasi, NSAID lebih superior daripada analgesik opioid. Nyeri disertai inflamasi dan kerusakan jaringan mungkin disebabkan stimuli lokal dari serat nyeri dan meningkatkan sensitifitas nyeri (hiperalgesi). Sebagian sebagai akibat dari peningkatan excitablitas dari neuron sentral dalam korda spinal (central sensitization).
Prostaglandin dapat meningkatkan kepekaan reseptor nyeri akibat rangsangan mekanik atau kimia dengan menurunkan nilai ambang polimodal nosiseptor dari serat syaraf C. Efek analgesik NSAID dengan menghambat sintesa prostaglandin.
Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan onset, akut atau kronik. Nyeri akut biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan akut yang durasinya antara beberapa jam sampai beberapa hari. Biasanya intensitasnya tajam, lebih terlokalisir, dirasakan selama kelainan patologik masih ada di jaringan. Setelah periode penyembuhan, reseptor nyeri segera pulih dengan nilai ambang stimulus yang normal. Nyeri kronik timbul setelah proses akut membaik atau berkaitan dengan jejas non spesifik. Nyeri ini menetap lebih dari tiga bulan. Intensitasnya lebih tumpul namun sensasinya terus menerus.

Berdasar patofisiologinya nyeri dibedakan menjadi nyeri nosiseptif yang timbul akibat stimulasi reseptor nyeri yang berasal dari organ visceral atau somatik. Stimulus nyeri berkaitan dengan inflamasi jaringan, deformasi mekanik, injuri yang sedang berlangsung atau destruksi. Nyeri neuropatik berasal dari suatu proses pada sistem saraf sentral maupun perifer. Misal neuropati diabetika, neuralgia trigeminal, neuralgia paska herpes.
Nyeri psikologik timbul sebagai reaksi konversi seperti gangguan somatisasi dan reaksi histeri. Nyeri campuran atau nonspesifik biasanya dipandang sebagai nyeri dengan mekanisme yang tidak diketahui atau dicurigai mempunyai mekanisme yang bermacam-macam. Contoh nyeri kepala rekuren.

Kualitas dan intensitas rasa nyeri dipengaruhi oleh kepribadian penderita, ambang rasa nyeri dan faktor-faktor psikologis.

Sebenarnya nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh. Nyeri menjadi sinyal bahwa terdapat kerusakan pada tubuh. Misalnya bertopang dagu dengan tangan kiri dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan aliran darah ke kulit tangan kiri berkurang sehingga terjadi kerusakan jaringan setempat (iskemia) dan timbul rasa nyeri akibat penekanan dagu. Maka kita akan berganti tangan kanan atau berganti posisi. Seandainya kita tidak merasakan nyeri maka kerusakan jaringan akan bertambah luas dan dapat berakibat kematian jaringan.

Penderita trauma tulang belakang dengan kerusakan di medula spinalis dapat kehilangan rasa nyeri. Penderita tersebut bila mengalami kelumpuhan dan harus berbaring terus dalam jangka waktu yang lama dan jarang berubah posisi, makin lama akan timbul luka (ulserasi) pada bagian yang tertekan. Sedangkan penderita tidak merasa sakit dan tidak menyadari bila kerusakan jaringan semakin luas.

Meski nyeri merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan dan cenderung menggganggu, namun disisi lain kita masih bisa mensyukurinya dan mengambil hikmah bahwa tubuh masih memiliki respon yang bagus dan pertanda tubuh membutuhkan suatu pertolongan.
http://dikkyzulfikar.com/index.php?option=com_content&task=view&id=21&Itemid=1
Sistem saraf tepi
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat.
1. Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.
Pada amphibi saraf cranial berjumlah 10 pasang
1. Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8
2. lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12
3. empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9, dan 10.
Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting.
Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor.
Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut.
a. Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi bagian leher, bahu, dan diafragma.
b.Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan.
c. Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki. http://iqbalali.com/2007/04/29/sistem-syaraf/

2. Susunan saraf tak sadar.
- Susunan saraf simpatis
- Susunan saraf parasimpatis
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Dimana gerak refleks ini merupakan gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen dari neuron sensorik ,interneuron, dan neuron motorik, yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe refleks tertentu. Gerak refleks yang paling sederhanahanya memerlukandua tipe sel saraf, yaitu neuron sensorik dan neuron motorik. Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah kesadaran dan kemauan seseorang.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut
.
Kemudian bagaimanakah mekanisme gerak refleks dalam tubuh kita?
Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor,interneuron,dan neuron motor,yang mngalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu.Gerak refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel sraf yaitu neuron sensor dan neuron motor.
Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara otomatis kita akan menarik kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui makanan enak , dengan keluarnya air liur tanpa disadari. Brikut skema gerak refleks:
Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori langsung disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung).Hal ini berbeda sekali dengan ekanisme gerak biasa.
Gerak biasa rangsangan akan diterimaleh saraf sensorik dan kemudian disampaikan langsung ke ota. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah ke saraf motori sehingga terjadilah gerakan. Artinya pada gerak biasa gerakan itu diketahui atu dikontrol oleh otak. Sehingga oleh sebab itu gerak biasa adalah gerak yang disaari.

Minggu, 13 Maret 2011

KOMPONEN GTSL

Gigi tiruan sebagian lepasan terdiri dari komponen-komponen:
1. Basis
disebut juga plat protesa adalah bagian dari gigi tiruan yang menutupi mukosa mulut di daerah palatum labial, bukal, lingual.
Macam-macam basis geligi tiruan
- Basis dukungan gigi
Pada basis dukungan gigi, yang semata-mata merupakan span yang dibatasi gigi asli pada kedua sisinya, tekanan oklusal secara langsung disalurkan kepada gigi penyangga melalui kedua sandaran oklusal. Selain fungsi tadi, basis bersama-sama elemen gigi tiruan berfungsi pula mencegah migrasi horisontal gigi tetangga, serta migrasi vertikal gigi antagonis.
- Basis dukungan jaringan
Dukungan jaringan ini penting, agar tekanan kunyah dapat disalurkan ke permukaan yang lebih luas, sehingga tekanan persatuan luas menjadi lebih kecil
Macam-macam bahan basis
- Metal
Indikasi pemakaian basis metal
• Pebderita yang hiperseneitif terhadap resin
• Penderita dengan gaya kunyah abnormal
• Ruang intermaksiller kecil
• Kasus basis dukungan gigi dengan desain unilateral
• Permintaan penderita
- Resin
Indikasi basis resin
• Resin merupakan bahan terpilih untuk basis protesa
Sebagai basis resin menunjukkan kelebihan
• Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya
• Dapat dilapisi dan dicekatkan kembali dengan mudah
• Relatif lebih ringan
• Teknik pembuatan dan pemolesannya mudah
• Harganya murah
Beda basis akrilik dengan logam:
- Proses pembuatan mudah Sukar
- Kekuatan Kurang Kuat
- Penghantar panas Kurang Baik
- Menyerap air Dapat Tidak dapat
- Perubahan warna Dapat Tidak dapat
- Luas basis Luas/lebar Tak luas
- biaya murah mahal
Fungsi basis:
- untuk meneruskan tekanan kunyah ke mukosa dan tulang alveolar di bawahnya
- untuk memberi retensi dari protesa, karena adanya gaya adhesif antara basis dengan mukosa yang dibatasi dengan media air ludah
- tempat melekatnya cengkeram
- menggantikan jaringan yang hilang serta memberikan dukungan kepada bibir dan pipi(estetik)
2. Sadel
adalah bagian dari gigi tiruan yang menutupi mukosa di atas prosesus alveolaris dan mendukung elemen gigi tiruan.
bila sadel letaknya:
- antara gigi asli diseut bounded saddle
- posterior dari gigi asli disebut free end saddle
3. Elemen gigi tiruan
adalah bagian dari gigi tiruan yang merupakan bentuk gigi tiruan dari gigi asli yang hilang. Bahan dasar gigi tiruan dapat bermacam-macam, yaitu:resin akrilik, porselen,logam.
Elemen gigi tiruan resin akrilik:
- mudah aus, terutama pada penderita yang mempunyai kekuatan kunyah yang kuat
- perlekatannya dengan basis merupakan persenyawaaan kimia, karena bahannya sama
- dapat berubah warna
- mudah tergores
- mudah dibentuk/diperkecil sesuai dengan ruangan
- lebih ringan dibanding gigi tiruan yang dari porselen dan logam
- dapat diasah dan dipoles
- karena sifat mudah aus, baik sekali dipakai untuk prosesus alvolaris yang datar
Elemen gigi tiruan porselen:
- tidak mudah aus/tergores
- perlekatannya dengan basis secara mekanis, sehingga elemen gigi tiruan harus mempunyai retensi untuk pelekatnya terhadap basis bentuk retensi gigi tiruan porselen:undercur,pin,alur
- tidak berubah warna
- tidak dapat diasah
- lebih berat daripada akrilik
- tidak baik dipakai untuk prosesus alveoalris yang datar(resorbsi)

Elemen gigi tiruan logam:
- biasanya dibuat sendiri sesuai dengan ruang protesa yang ada, terutama untuk gigi posterior yang ruang protesanya sempit
- estetis kurang baik
- tahan terhadap daya kunyah yang besar/kuat
4. Cengkeram
disebut juga klammer. Cengekram adalah bagian dari gigi tiruan lepas yang berbentuk bulat/gepeng. Terbuat dari kawat stainless steel/ logam tuang, yang melingkari/ memegang gigi penjangakaran.
Fungsi cengkeram:
- untuk retensi
- untuk stabilisasi
- untuk meneruskan beban kunyah ke gigi penjangkaran
Syarat umum gigi penjangkaran
- gigi vital atau non vital yang telah dilakukan PSA dengan sempurna
- bentuk anatomis dan besarnya normal
- tidak ada kerusakan/kelainan.Misalnya:tambalan yang besar, karies, hypoplasia, konus
- posisi dalam lengkung gigi normal
- keadaan akar gigi:
• bentuk ukurannya normal
• tertanam dalam tulang alveolar dengan perbandingan mahkota akar 2:3
• jaringan periodonta sehat
• tidak ada kelainan periapikal
- sedapat mungkin tidak goyang
Cengkeram kawat
Bagian-bagian dari cengkeram kawat:
- Lengan, yaitu bagian dari cengkeram kawat yang terletak/melingkari bagian bukal/lingual gigi penjangkaran. Sifat agak lentur, berfungsi untuk retensi dan stabilisasi
- Jari, yaitu bagian dari lengan yang terletakdi bawah lingkaran terbesar gigi. Sifat lentur/fleksibel dan berfungsi untuk retensi
- Bahu, yaitu bagian dari lengan yang terleta di atas lingkaran terbesar dari gigi. Sifat kaku dan berfungsi untuk stabilisasi yaitu menahan gaya-gaya bucco-lingual
- Badan/body, yaitu cengekaram kawat yang terletak di atas titik kontak gigi di daerah aproksimal. Sifat kaku, dan berfungsi untuk stabilisasi yaitu menaha gaya-gaya antero-posterior
- oklusal rest, yaitu bagian dari cengekaram kawat yang terletak di bagaian oklusal gigi. Sifat kaku, panjang ±1/3 lebar mesio-distal gigi. Berfungsi untuk meneruskan beban kunyah ke gigi penjangkaran
- retensi dalam akrilik, yaitu bagian dari cengkeram kawat yang tertanam dalam basis akrilik
Syarat-syarat cengkeram kawat yang melingkari gigi:
- harus kontak garis
- tidak boleh menekan/harus pasif
- ujung jari tidak boleh menyinggung gigi tetangga dan tidak boleh tajam/harus dibulatkan
- tidak ada lekukan bekas tang(luka)pada lengan cengkeram
- bagian cengkeram yang melalui oklusal gigi tidak boleh mengganggu oklusi/artikulasi
- jarak bagian jari ke servikal gigi: cengkeram paradental:1/2-1 mm cengekeram gingival:1 ½-2 mm
- bagian retensi dalam akrilik harus dibengkokkan
Macam-macam desain cengkeram
Desain cengkeram menurut fungsinya dibagi dalam dua bagian:
1. Cengkeram paradental
yaitu cengkeram yang fungsinya selain dari retensi dan stabilisasi protesa, juga sebagai alat untuk meneruskan beban kunyah yang diterima gigi tiruan ke gigi penjangkarannya
Jadi,cengkeram paradental harus mempunyai bagian yang melalui bagian oklusal gigi penjangkaran atau melalui titik kontak antara gigi penjangkaran dengan gigi tetangganya
2. Cengkeram gingival
yaitu cengkeram yang fungsinya hanya untuk retensi dan stabilisasi protesa. Jadi, karena tidak berfungsi untuk meneruskan beban kunyah yang diterima protesa ke gigi penjangkaran, maka cengkeram ini tidak mempunyai bagian yang melalui bagian oklusal gigi penjangkaran, bisa diatas permukaan oklusal.
Macam-macam cengkeram paradental
1. Cengkeram 3 jari terdiri dari:
- lengan bukal dan lingual
- body
- bahu
- oklusal rest
- bagian retensi dalam akrilik
indikasi:gigi molar dan premolar
2. Cengkeram Jackson
Disain cengkeram ini mulai dari palatal/lingual, terus ke oklusal di atas titik kontak, turun ke bukal melalui di bawah lingkaran terbesar, naik lagi ke oklusal di atas titik kontak, turun ke lingual masuk retensi akrilik.
Indikasi:
Gigi molar,premolar yang mempunyai kontak yang baik di bagian mesial dan distalnya
Bila gigi penjangkaran terlalu cembung, seringkali cengkeram ini sulit masuk pada waktu pemasangan protesa.
3. Cengkeram ½ jackson paradental
Disainnya mulai dari bukal terus ke oklusal di atas titik kontak, turun ke lingual dan terus ke retensi akrilik
Indikasi:
gigi molar dan premolar gigi terlalu cembung sehingga cengkeram jackson sulit melaluinya ada titik kontak yang baik di anatar 2 gigi
4. Cengkeram S
Disain cengkeram ini mulai dari bukal terus ke oklusal/insisal di atas titik kontak, turun ke lingual melalu atas cingulum, kemudian turun ke bawah masuk ke dalam akrilik
Indikasi:
Untuk kaninus rahang atas perlu diperhatikan agar letak cengkeram tidak mengganggu oklusi
5. Cengkeram Kippmeider
Tidak mempunyai lengan, yang ada hanya rest di atas cingulum
Indikasi:
Hanya untuk kaninus. Bentuk cingulum harus baik.
Fungsi:hanya untuk menerusan beban kunyah dan stabilisasi
6. Cengkeram rush angker
Disainnya mulai dari oklusal di aproksimal(daerah mesial/distal)terus ke arah lingual ke bawah, masuk dalam akrilik
Indikasi: molar, premolar yang mempunyai titik kontak yang baik
Fungsi:hanya untuk meneruskan beban kunyah protesa ke gigi penjangkaran dan sebagai retensi pada pembuatan splin
7. Cengkeram roach
Disainnya mulai dari oklusal di daerah titik kontak aproksimal, turun ke bukal dan lingual terus ke aproksimal di daerah diastema, masuk dalam akrilik
Indiksai:gigi molar dan premolar yang mempunyai konta yang baik.
Macam-macam cengkeram gingival
1. Cengkeram 2 jari
Disainnya sama dengan cengkeram 3 jari, hanya tidak mempunyai rest
Indikasi:gigi molar dan premolar
2. Cengkeram 2 jari panjang
Disainnya seperti cengkeram 2 jari, hanya disini melingkari 2 gigi berdekatan Iindikasi:gigi molar,premolar, dimana gigi yang deat diastema urang kuat(goyang 10)
3. Cengkeram ½ jacson
hampir sama dengan cengkeram ½ jacson paradental bedanya cengkeram ini melalui bagian proksimal dekat diastema dan di bagian lingual lurus ke bawah, tetap di tepi lingual indikasi:gigi molar,premolar dan kaninus
4. Cengkeram vestibular finger
cengkeram ini berjalan mulai dari sayap bukal protesa ke arah undercut di vestibulum bagian labial, ujungnya ditutupi akrilik
indikasi:
gigi sisa hanya gigi anterior yangtidak dapat dilingkari cengkeram, dan bagian vestibulum labial harus mempunyai undercut yang cukup
fungsi:
untuk tambahan retensi, tetapi kurang efektif
Kelompok cengkram tuang oklusal
1. Cengkram akers
Merupakan bentuk dasar dari sirkumferensial, cengkram ini terdiri dari lengan bukal, lengan lingual, dan sebuah sandaran oklusal. Cengkram ini merupakan pilihan pertama untuk gigi molar dan premolar, terutama bila gigi tidak miring, estetik tidak penting, dan letak gerong retentif jauh dari daerah tak bergigi
2. Cengkram kail ikan
Merupakan kombinasi dari cengkram akers
3. Cengkram mengarah belakang (back action clasp)
Jenis cengkram ini digunakan pada gigi posterior dengan retensi sedikit, dengan memanfaatkan gerong retentif pada bagian distal dan mesiobukal, seperti pada molar atas
4. Reverse back action clasp
5. Half and half clasp
Digunakan pada gigi premolar yang berdiri sendiri
6. Cengkram kaninus
7. Cengkram akers ganda
8. Cengkram embrassur
9. Cengkram multiple
10. Cengkram cincin
11. Cengkram lengan panjang
12. Cengkram kombinasi
Kelompok cengkram tuang gingival
1. Cengkram proksimal de van
2. Cengkram batang roach
3. Cengkram mesio-distal

Perawatan Yang Dilakukan Sebelum Perawatan Prosthodonsia

Sebelum dilakukan perawatan prostho dilakukan preparasi mulut terlebih dahulu, secara garis besar ada dua tahapan Preparasi mulut
Pertama, pada proses ini biasanya dilakukan langkah-langkah pendahuluan, seperti tindakan bedah, perawatan periodontal, konservativ termasuk endodontik bahkan orthodontik perlu dilakukan untuk mempersiapkan mulut pasien menerima gigi tiruan yang akan dipakainya. Tahapan pertama ini ditujukan untuk menciptakan mulut yang sehat.
Kedua, mulut pasien perlu dipersiapkan untuk pemasangan geligi tiruan yang akan dibuat. Dalam tahapan inidilakukan proses perubahan kontur gigi untuk mengurangi hambatan, mencari bidang bimbing,membuat sandaran oklusal dan bila perlumenciptakan daerah-daerah untuk retensi mekanis. Permukaan jaringan yang akan dipreparasi ditandai pada model diagnostik. Model dibagai sebagai peta atau petunjukuntuk melaksanakan perubahan-perubahan.
1. Pembedahan Bedah prostetik
Persiapan tindakan bedah seperti pencabutan gigi, pembedahan gigi impaksi, tulang atau jaringan hendaknya dilakukan secepat mungkin. Exostosis dan tori yang mengganggu desain geligi tiruan, harus dibuang secara bedah, bila tidak dapat lagi diatasi dengan dengan cara non bedah. Pembuangan ini tergantung pada ukuran, lokasi dalam kaitan dengan protesa yang akan dibuat serta kualitas dukungan tulang alveolar. Tori yang terletak pada bagian distal harus dibuang, khususnya bila residual ridge memberikan dukungan minim. Pada kasus seperti ini pergerakan fungsional bagian posterior geligi tiruan akan menyebabkan trauma pada tori.
2. Perawatan konservatif
Untuk perawatan jangka panjang, perawatan endodontik biasanya harus diperkuat dengan pasak tuang atau dikembalikan fungsinya dengan mahkota tiruan atau modifikasi untuk perawatan overdenture.
Perawatan konservatif atau restoratif dengan demikian tidak terbatas hanya kepada perawatan karies saja, tetapi juga harus :
1. Memberi kekuatan yang cukup serta cukup tebal untuk preparasi sandaran oklusal.
2. Mengurangi ruang interproksimal yang berlebihan.
3. Memberikan ruang oklusal yang cukup luas.
4. Membentuk daerah gerong untuk retensi, bila daerah ini memang tak ada.
5. Mendukung terpenuhinya faktor estetik.
6. Memberikan kontur gigi yang sesuai.
3. Perawatan ortodontik
Gigi yang sudah lama dicabut biasanya meninggalkan ruangan kosong yang makijn lama makin sempit karena terjadi migrasi gigi tetangga. Hal ini menyebabkan gigi menjadi malposisi sehingga kurang menguntungkan bila akan dipakai sebagai gigi penahan protesa. Memaksakan gigi miring menahan beban juga akan menyebabkan kerusakan jaringan periodontal. Jalan keluar bagi kasus seperti ini sebaiknya dengan melakukan sedikit pergeseran gigi, sehingga gigi akan kembali keposisi yang diharapkan.
4. Perawatan periodontik
Motivasi para pengidap penyakit periodontal berat terhadap kesehatan mulutnya biasanya rendah dan calon pemakai geligi tiruan yang menyedihkan (poor candidate). Bila tanda-tanda ini sudah terlihat pada tahap diagnostik, sebaiknya perawatan prostodontik ditunda lebih dahulu, sampai pasien sadar akan kesehatan dan kebersihan mulutnya. Dengan sendirinya tidak semua pasien dapat mencapai tingkat kontrol plak yang ideal. Prosedur perawatan prosthodontik dengan pasti dapat dimulai, bila tingkat ini sudah optimal. Pasien yang belum mencapainya, dianjurkan untuk kembali menjalani perawatan profilaksis.
5. Pengubahan kontur gigi
Modifikasi atau pengubahan bentuk kontur gigi sebetulnya suatu cara yang sederhana, tetapi sering tidak diperhatikan dalam persiapan mulut. Kekhawatiran melukai dentin pada saat pengasahan permukaan gigi, sehingga karies jadi mudah berkembang mungkin menjadi salah satu penyebab keengganan ini.
Bagian atau permukaan gigi yang akan diasah sebaliknya ditentukan dulu pada model diagnostik dan biasanya meliputi :
1. Persiapan bidang bimbing (guiding plane)
2. Pengurangan hambatan (interference) pada bagian proksimal gigi atau permukaan gigi yang malposisi
3. Penempatan cengkram pada permukaan gigi dimana tidak dijumpai gerong yang diharapkan (undesirable undercut).
4. Preparasi untuk sandaran oklusal cengkeram (occlusal rest)
5. Pengubahan bidang oklusal.
Pembuatan mahkota tuang kadang-kadang juga dilakukan sebagai persiapan pembuatan geligi tiruan lepasan, walaupun harus direncanakan dengan hati-hati. Disamping punya keuntungan dan nilai lebih, pemasangan mahkota selubung bukanlah perawatan yang praktis.
Mahkota selubung biasanya dibuat perbaikan kontur mahkota, harmonisasi oklusi untuk peningkatan bidang oklusal. Penyesuaian permukaan proksimal gigi dengan arah pemasangan protesa, pembuatan gerong atau tempat untuk sandaran oklusal, merupakan pertimbangan pula. Mahkota buatan ini bisa pula dibuat untuk splinting gigi-gi pendukung atau perbaikan posisi mahkota gigi.
Setelah semua tindakan preparasi mulut ini selesai dilaksanakan, pasien siap untuk menjalani pencetakan kedua dan memulai proses pembuatan protesa.

PROSEDUR KERJA DAN RENCANA PERAWATAN pada pasien GTSL
A.Kunjungan Pertama
1.Anamnesa Indikasi
2.Membuat Studi Model
a.Alat : Sendok cetak nomor dua
b.Bahan Cetak : Hyidrokoloid Irreversible (alginat)
c.Metode Mencetak : Mucostatik
Posisi operator : rahang bawah : di kanan depan pasien
Posisi pasien : rahang baawah : pasien duduk tegak dan bidang oklusal sejajar lantai posisi mulut setinggi siku operator.
d.Cara mencetak
Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan P/W yaitu 3:1, setelah dicapai konsistensi yang tepat dimasukkan ke dalam sendok cetak dengan merata, kemudian dimasukkan ke dalam mulut pasien dan tekan posisi ke atas atau ke bawah sesuai dengan rahang yang dicetak. Di samping itu dilakukan muscle triming agar bahan cetak mencapai lipatan mukosa. Posisi dipertahankan sampai setting, kemudian sendok dikeluarkan dari mulut dan dibersihkan dari saliva. Hasil cetakan diisi dengan stone gips dan di-boxing.

B.Kunjungan Kedua
1.Membuat work model
a.Alat : sendok cetak fisiologis
b.Bahan cetak : hyidrokoloid irreversible (alginat)
c.Metode mencetak : mucocompresi
d.Cara mencetak
Rahang Atas :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke dalam sendok cetak. Posisi operator di samping kanan belakang. Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut, sehingga garis tengah sendok cetak berimpit dengan garis median wajah. Setelah posisinya benar sendok cetak ditekan ke atas. Sebelumnya bibir dan pipi penderita diangkat dengan jari telunjuk kiri, sedang jari manis, tengah dan kelingking turut menekan sendok dari posterior ke anterior. Pasien disuruh mengucapkan huruf U dan dibantu dengan trimming.
Rahang Bawah :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke dalam sendok cetak. Pasien dianjurkan untuk membuang air ludah. Posisi operator di samping kanan depan. Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut, kemudian sendok ditekan ke processus alveolaris. Pasien diinstruksikan untuk menjulur lidah dan mengucapkan huruf U. dilakukan muscle trimming supaya bahan mencapai lipatan mucobuccal. Posisi dipertahankan sampai setting.
2.Pembuatan cangkolan yang akan digunakan untuk retensi gigi tiruan dengan melakukan survey model terlebih dahulu pada gigi yang akan dipakai sebagai tempat cangkolan berada nantinya.
3.Pembuatan basis gigi tiruan dengan menggunakan malam merah yang dibuat sesuai dengan desain gigi tiruan.
4.Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking, finishing, polishing.

C.Kunjungan Ketiga
1.Try – in basis gigi tiruan akrilik dengan cangkolannya.
2.Pembuatan gigitan kerja yang digunakan untuk menetapkan hubungan yang tepat dari model RA dan RB sebelum dipasang di artikulator dengan cara : pada basis gigi tiruan yang telah kita buat tadi ditambahkan dua lapis malam merah dimana ukurannya kita sesuaikan dengan lengkung gigi pasien. Malam merah dilunakkan kemudian pasien diminta mengigit malam tersebut.
3.Pemasangan model RA dan RB pada artikulator dengan memperhatikan relasi gigitan kerja yang telah kita dapatkan tadi.
4.Penyusunan gigi tiruan dimana pada kasus ini akan dipasang gigi posterior maka perlu diperhatikan bentuk dan ukuran gigi yang akan dipasang. Posisi gigi ditentukan oleh kebutuhan untuk mendapatkan oklusi yang memuaskan dengan gigi asli atau gigi tiruan antagonis untuk mendapatkan derajat oklusi yang seimbang. Malam dibentuk sesuai dengan kontur alami prosesus alveolar dan tepi gingiva.
5.Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking, finishing, polishing.

D.Kunjungan Keempat
Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTS lepasan dalam mulut pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
1.Part of insertion and part of removement
Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan dapat dihilangkan dengan cara pengasahan permukaan gigi tiruan (hanya pada bagian yang perlu saja).
2.Retensi
Yaitu kemampuan GTS untuk melawan gaya pemindah yang cenderung memindahkan gigi tiruan ke arah oklusal. Retensi gigi tiruan ujung bebas di dapat dengan cara :
a.Retensi fisiologis, diperoleh dari relasi yang erat antara basis gigi tiruan dengan membarana mukosa di bawahnya.
b.Retensi mekanik, diperoleh dari bagian gigi tiruan yang bergesekan dengan struktur anatomi. Retensi mekanik terutama diperoleh dari lengan traumatic yang menempati undercut gigi abutment.
3.Stabilisasi
Yaitu perlawanan atau ketahanan GTS terhadap gaya yang menyebabkan perpindahan tempat/gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam keadaan berfungsi, misal pada saat mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan dengan cara menekan bagian depan dan belakang gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan pergeseran pada saat tes ini.
4.Oklusi
Yaitu pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral, dan anteroposterior. caranya dengan memakai kertas artikulasi yang diletakkan di bawah gigi atas dan bawah, kemudian pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada keadaan normal terlihat warna yang tersebar secara merata pada permukaan gigi. Bila terlihat warna yang tidak merata pada oklusal gigi maka dilakukan pengurangan pada gigi yang bersangkutan dengan metode selective grinding. Pengecekan oklusi ini dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi.
Selective grinding yaitu pengrindingan gigi-gigi menurut hukum MUDL (pengurangan bagian mesial gigi RA dan distal RB) dan BULL (pengurangan bagian bukal RA dan lingual RB).
Instruksi yang harus disampaikan kepada pasien
1.Mengenai cara pemakaian gigi tiruan tersebut, pasien diminta memakai gigi tiruan tersebut terus menerus selama beberapa waktu agar pasien terbiasa.
2.Kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut harus selalu dijaga. Sebelum dipakai sebaiknya gigi tiruan disikat sampai bersih.
3.Pada malam hari atau bila tidak digunakan, protesa dilepas dan direndam dalam air dingin yang bersih agar gigi tiruan tersebut tidak berubah ukurannya.
4.Jangan dipakai untuk makan makanan yang keras dan lengket.
5.Apabila timbul rasa sakit setelah pemasangan pasien harap segera kontrol.
6.Kontrol seminggu berikutnya setelah insersi.

E.Kunjungan Kelima
Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi. Tindakan yang perlu dilakukan :
1.Pemeriksaan subjektif
Pasien ditanya apa ada keluhan rasa sakit atau rasa mengganjal saat pemakaian gigi tiruan tersebut.
2.Pemeriksaan objektif
a.Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut
b.Melihat keadaan GTS lepasan baik pada plat dasar gigi tiruannya maupun pada mukosa di bawahnya.
c.Melihat posisi cangkolan.
d.Melihat keadaan gigi abutment dan jaringan pendukungnya.
e.Memperhatikan oklusi, retensi, dan stabilisasi gigi tiruan.

penyusunan gigi pada galangan gigit GTL

Penyusunan gigi
Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap yaitu penyusunan gigi anterior atas, gigi anterior bawah, gigi posterior atas, gigi M1 bawah dan gigi posterior bawah lainnya. Dengan syarat utama :
- Setiap gigi mempunyai 2 macam kecondongan/inklinasi
1. Inklinasi mesio-distal
2. Inklinasi anterio-posterior atau inklinasi labio/bukopalatal/lingual sesuai dengan kecondongan tanggul gigitan. Bila terlalu kelabial akan tampak penuh dan bila terlalu kepalatal akan tampak ompong.
- Dilihat dari oklusal berada diatas lingir rahang.
- Penyusunan gigi harus disesuaikan dengan keadaan lingir, pada pasien yang sudah lama ompong sering sudah terjadi rresopsi lingir.
- Resopsi pada lingir atas berjalan keatas dan kepalatal yang menyebabkan bibir jatuh dan tampak masuk, maka penyusunan gigi tidak dilingir tapi lebih kelabial dan sebaliknya resopsi lingir bawah mengarah keanterior sehingga penyusunan gigi lebih kelingual.
Berhubung dengan tujuan pembuatan geligi tiruan ialah untuk memperbaiki fungsi pengunyahan, fungsi bicara dan estetik maka perlu diperhatikan beberapa faktor dalam penyusunan gigi:
a. Inklinasi atau posisi setiap gigi
b. Hubungan setiap gigi dengan gigi tetangganya dan gigi antagonisnya.
c. Hubungan kontak antar gigi atas dan bawah yaitu hubungan :
#oklusi sentris
#oklusi protusiv
#sisi kerja
#sisi yang mengimbangi
d. Overbite dan overjet gigi atas dan bawah dalam hubungan rahang yang normal
e. Estetik :
# bentuk gigi hendaknya sesuai dengan bentuk lengkung rahang, bentuk kepala, bentuk muka, dan jenis kelamin.
# Besar gigi sesuai dengan besar kecilnya lengkung rahang.
# Susunan gigi tiruan hendaknya dibuat sewajar mungkin agar bila kelak geligi tiruan dipakai kelihatan wajar.
# Profil pasien yang menyangkut ketepatan dimensi vertikal dan oklusi sentrik kita tentukan. Dimensi vertikal yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan merubah profil pasien.

A. Penyusunan gigi anterior
I. Penyusunan gigi anterior atas, pada permukaan labial setiap gigi yang akan disusun kita tarik porosnya.
Tanggul gigitan malam dipotong bertahap supaya tidak kehilangan jejak selebar mesio-distal dan sedalam lebar antero-posterior gigi yang akan disusun ditempat tersebut. Gigi yang disusun harus memenuhi syarat inklinasi mesio-distal dan inklinasi anterio-posteriornya serta dilihat dari bidang oklusal, tepi insisal gigi anterior atas berada diatas lingir rahang dan sesuai lengkung lingir rahang. Untuk memudahkan penyusunan gigi gambaran lengkung puncak lingir rahang kita pindahkan ke meja artikulator dan incisal edge gigi anterior atas menyentuh lengkung ini pada meja artikulator saat penyusunan gigi.
1. Gigi I-1 atas
Tanggul gigitan malam dipotong secukup gigi I-1 atas,lalu gigi I-1 atas yang telah digambar porosnya digambar diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal.
2. Gigi I-2 atas
Tanggul gigitan malam dipotong secukup gigi I-2 atas, lalu gigi I-2 atas yang telah digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal, long axisnya membuat sudut 80 derajat dengan bidang oklusal dan tepi oklusalnya 1 mm diatas bidang oklusal.
3. Gigi C/ kaninus atas
Tanggul gigitan malam dipotong secukup gigi C atas lalu gigi C yang telah digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal : long axisnya hampir sama dengan gigi I-1 atas atau paling condong garis luar distal tegak lurus bidang oklusi atau meja artikulator dan inklinasi antero posterior : bagian servikal tampak lebih menonjol dan ujung cusp lebih kepalatal dan menyentuh bidang orientasi dilihat dari bidang oklusal.
Kemudian gigi I-1, I-2 dan C atas lainnya disusun seperti syarat-syarat diatas.

II. Penyusunan gigi anterior bawah pada permukaan labial gigi yang akan disusun kita tarik porosnya.
Penyusunan gigi anterior bawah disesuaikan dengan gigi anterior atas yang telah disusun memenuhi estetik dan diutamakan untuk fungsi memotong atau menyobek makanan. Posisi gigi anterior atas dan bawah harus diberi jarak vertikal/ overbite dan jarak horizontal/overjet secukupnya menyesuaikan dengan tinggi bonjol/cusp gigi posterior. Saat gigi anterior berfungsi, gigi anterior bawah maju berkontak tepi lawan tepi dengan gigi anterior atas untuk mengimbanginya kecuali kasus lain. Jalan yang ditempuh gigi anterior bawah akan membentuk sudut dengan bidang horisontal yang disebut sudut insisal atau incisal guidance.
1. Gigi I-1 bawah
Tanggul gigitan malam bawah dipotong secukup gigi I-1 bawah lalu gigi I-1 bawah yang telah digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal long axisnya membuat sudut 85 derajat dengan bidang oklusal dan tepi insisal 1-2 mm diatas bidang oklusal, inklinasi antero-posterior.
2. Gigi I-2 bawah
Tanggul gigitan malam bawah dipotong secukup gigi I-2 bawah lalu gigi I-2 bawah yang telah digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio distal, long axisnya membuat sudut 80 derajat dengan bidang oklusal inklinasi antero posterior,long axisnya tegak lurus bidang oklusal, bagian tepi insisal dan bagian servikal sama jaraknya, tepi insisal 1-2 mm diatas bidang oklusal, serta dilihat dari bidang oklusal tepi insisal terletak diatas lingir rahang.
3. Gigi C/kaninus bawah
Tanggul gigitan malam bawah dipotong secukup gigi C / kaninus bawah lalu C bawah yang telah digambar porosnya diletakkan ditempatnya dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal : long axisnya miring/ paling condong garis luar distalnya tegak lurus bidang oklusal, inklinasi antero-posterior. Gigi condong kelingual/bagian servikal menonjol serta dilihat dari bidang oklusal ujung cusp terletak diatas lingir rahang, bagian kontak distal berhimpit dengan garis lingir posterior.
Saat setiap penyusunan gigi bawah, selalu kita periksa artikulasi keanterior dan lateral dengan menggerakan bagian atas artikulator kearah posterior dan kelateral dimana dapat terlihat tepi tepi insisal saling menyentuh.

B. Penyusunan gigi posterior
Sebelum menyusun gigi posterior terlebih dahulu kita membuat goresan garis lingir bagian oklusal galangan malam yang sejajar garis lingir pada dasar model. Penyusunan gigi posterior berdasarkan :
a. Menyusun diatas rahang sehingga terbentuk lengkung gigi
b. Membentuk lengkung/kurva kompensasi
c. Hubungan gigi-gigi dirahang : inklinasi, overbite, overjet.

III. Penyusunan gigi posterior atas harus disusun sedemikian rupa sehingga terbentuk lengkung/ kurva dari sppe dan kurva dari wilson dan agar tetap berada dalam hubungan yang tepat dengan gigi lawannyatidak saja saat oklusi sentris tetapi juga saat pergerakan protusif dan pergerakan lateral dari rahang bawah selama fungsi pengunyahan.
1. Gigi P-1 atas
Tanggul gigitan malam atas dipotong secukup gigi P-1 atas lalu gigi P-1 atas yang telah digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal : long axisnya tegak lurus bidang oklusi, inklinasi antero-posterior. Cusp bukal pada bidang oklusi dan cusp palatal kira-kira 1mm diatas bidang oklusi serta dilihat dari bidang oklusi serta dilihat dari bidang oklusal groove developmental sentral terletak diatas lingir rahang.
2. Gigi P-2 atas
Tanggul gigitan malam atas dipotong secukup gigi P-2 atas lalu gigi P-2 atas yang telah digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal: porosnya tegak lurus bidang oklusal, inklinasi antero-posterior. Cusp bukal dan cusp palatal terletak pada bidang oklusal serta dilihat dari bidang oklusal development groove sentralnya terletak diatas lingir rahang.
3. Gigi M-1 atas
Tanggul gigitan malam atas dipotong secukup gigi M-1 atas lalu gigi M-1 atas yang telah digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal: porosnya condong kedistal, inklinasi antero-posterior, cusp-cuspnya terletak pada bidang oblique dari kurva antero-posterior yaitu cusp mesio-palatal terletak pada bidang oklusi, cusp mesio-bukal dan disto-palatal sama tinggi kira-kira 1mm diatas bidang oklusi dan cusp disto-bukal kira-kira 2 mm daiatas bidang oklusi serta dilihat dari bidang oklusal cusp-cuspnya terletak pada kurva lateral.
4. Gigi M-2 atas
Sisa tanggul gigitan malam atas dipotong secukup gigi M-2 atas lalu gigi M-2 atas yang telah digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal: porosnya condong kedistal, inklinasi antero-posterior, cusp-cuspnya terletak pada bidang oblique dari kurva antero-posterior, serta dilihat dari bidang oklusal permukaan bukal gigi M-2 atas terletak pada kurva lateral.

IV. Penyusunan gigi posterior bawah disusun sedemikan rupa sehingga terbentuk lengkung sphere dari Monson agar tetap berada dan berhubungan yang tepat terhadap gigi geligi lawannya, tidak saja saat oklusi sentris tetapi juga saat semua gerakan dari rahang bawah selama pengunyahan.
1. Gigi M-1 bawah
Tanggul gigitan malam atas dipotong secukup gigi M-1 bawah lalu gigi M-1 bawah diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal: cusp mesio-bukal gigi M-1 atas berada digroove mesio-bukal gigi M-1 bawah. Inklinasi antero-posterior ; cusp bukal gigi M-1 (holding cusp) bawah berada difosa sentral gigi geraham atas dan terlihat adanya overbite dan overjet serta dilihat dari bidang oklusal cusp bukal gigi geraham bawah berada diatas lingir rahang.
2. Gigi P-2 bawah
Tanggul gigitan malam atas dipotong secukup gigi P-2 bawah lalu gigi P-2 bawah yang telah digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal: porosnya tegak lurus bidang oklusal, inklinasi antero-posteriornya ; cusp bukalnya berada pada di fosa sentral gigi P-1 dan P-2 atas terlihat adanya overjet dan overbite serta dilihat dari bidang oklusal: cusp bukalnya berada diatas lingir rahang.
3. Gigi M-2 bawah
Sisa tanggul gigitan malam atas dipotong secukup gigi M-2 bawah lalu gigi M-2 bawah yang telah digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal, inklinasi antero-posteriornya serta dilihat dari bidang oklusal: cusp bukalnya berada diatas lingir rahang.
4. Gigi P-1 bawah
Sisa tanggul gigitan malam atas dipotong secukup gigi P-1 bawah lalu gigi P-1 bawah yang telah digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal: porosnya tegak lurus bidang oklusal, inklinasi antero-posteriornya ; cusp bukalnya berada pada di fosa sentral gigi P-1 dan C atas serta dilihat dari bidang oklusal: cusp bukalnya berada diatas lingir rahang.

Prosedur ekstraksi seri

PROSEDUR PENCABUTAN SERI
Tindakan yang mula-mula dilakukan pada pencabutan serial adalah mencabut kaninus sulung agar terdapat ruangan sehingga insisiv yang berdesakan terkoreksi secara spontan (tanpa menggunakan peranti ortodonti) kecuali gigi yang terletak rotasi. Bila akar premolar pertama telah terbentuk setengah atau dua pertiga, molar pertama sulung dicabut untuk mempercepat erupsi premolar pertama. Ketika premolar pertama telah erupsi gigi ini dicabut agar kaninus erupsi ketempat bekas pencabutan premolar pertama. Bila terdapat sisi diastema perlu ditutup dari distal dengan menggunakan peranti cekat agar gigi-gigi dapat terletak dalam kedudukan normal . premolar kedua biasanya akan erupsi secara normal menggantikan kedudukan molar kedua sulung.
Kadang-kadang kaninus permanen rahang bawah erupsi hampir bersamaan dengan premolar pertama sehingga bila tidak terdapat ruangan yang cukup kaninus permanen akan terletak lebih labial. Untuk mencegah keadaan ini bila akar premolar pertama bawah telah terbentuk setengah atau dua pertiga maka molar molar pertama sulung dicabut untuk mempercepat pertumbuhan premolar pertama. Bila premolar pertama ini telah erupsi gigi ini dicabut agar gigi kaninus permanen erupsi kearah diastema bekas premolar pertama. Masalah dapat timbul apabila pada foto rontgen terlihat kaninus erupsi terlebih dahulu daripada premolar pertama. Tindakan yang dapat dilakukan adalah pada saat mencabut molar pertama sulung juga dilakukan enukleasi pada premolar pertama. Kekurangan enukleasi adalah tidak terbentuk tulang alveolar diregio tersebut sedangkan bila premolar erupsi akan terbentuk tulang alveolar.
Untuk menghindari operasi pada anak-anak, dilakukan cara lain yaitu mencabut molar pertama sulung, setelah 6 bulan molar kedua sulung dicabut, supaya premolar pertama erupsi agak ke distal diatas benih premolar kedua, bila premolar pertama telah erupsi maka harus dicabut , kemudian perlu pemakaian space maintainer supayamolar pertama permanen tidak bergerak ke mesial.
Premolar kedua biasanya erupsi secara normal menggantikan molar kedua sulung. Ruangan bekas pencabutan premolar dipakai oleh kaninus permanen yang bergeser kedistal, premolar kedua dan molar pertama permanen bergeser ke mesial. Bila pencabutan serial tidak diikuti oleh perawatan komperhensif dengan piranti cekat maka tidak akan didapatkan susunan gigi yang ideal, letak akar gigi yang tidak sejajar dan penutupan diastema tidak berhasil dengan baik.
Apabila terjadi Agenisi premolar pertama cabut molar pertama sulung kemudian kaninus permanen akan menempati tempat tersebut. Agenisi premolar kedua bila kaninus permane erupsi lebih dulu dari premolar pertama maka cabut molar pertama sulung dan molar kedua sulung bersama-sama agar kaninus sulung dan premolar pertama dapat erupsi agak ke distal dan perlu dipasang space maintainer agar molar pertama permanen tidak bergeser ke mesial.
(sumber : kuliah drg. Hafiedz)